Situs Bersih Sayyida Zeinab di Damaskus, Suriah. (Fars News)
Damaskus: Situs Bersih Sayyida Zeinab di pinggiran Damaskus, Suriah, yang dulunya menjadi benteng pro-Iran, kini menghadapi ketegangan sektarian setelah diambil alih pemberontak yang dipimpin Golongan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
HTS Mempunyai aliansi pemberontak yang berhasil menumbangkan rezim Bashar al-Assad pada 8 Desember Lewat.
Menjelang pengambilalihan ibu kota Suriah oleh pemberontak HTS, penjaga yang didukung Iran meninggalkan pos mereka di gerbang makam Sayyida Zeinab. Makam yang terletak di pinggiran Damaskus ini sebelumnya menjadi simbol kekuatan pro-Iran, termasuk keberadaan Golongan bersenjata Hizbullah asal Lebanon.
Pada Rabu Lewat, hanya segelintir pengunjung terlihat di Sekeliling makam. Para penjaga baru, yang kini diwakili oleh pemberontak, Membangun para peziarah sedikit khawatir.
“Sabtu malam, para pejuang Hizbullah mulai meninggalkan Daerah ini,” ujar Walid Haji, seorang pemberontak yang kini menjaga salah satu pos pemeriksaan yang sebelumnya dijaga Golongan asal Lebanon tersebut.
Hizbullah sebelumnya menempatkan pasukannya di Sekeliling area makam ini. Daerah tersebut juga sering menjadi Sasaran serangan Israel, terutama Begitu konflik sengit antara Israel dan Hizbullah
Penduduk lokal mengatakan bahwa kehadiran Laskar Iran di kawasan ini telah berkurang secara signifikan selama tiga tahun terakhir.
Di dalam area makam, yang biasanya ramai dengan peziarah Syiah dari berbagai Daerah, kini hanya beberapa pengunjung yang terlihat berjalan di halaman luas yang dilapisi marmer putih. Direktur situs, Dib Krayem, memastikan bahwa tempat itu tetap terbuka Kepada Lazim.
“Segala karyawan telah kembali bekerja, dan kami telah mengadakan pertemuan yang konstruktif dengan otoritas baru,” ungkapnya, mengutip dari Malay Mail, Jumat, 13 Desember 2024.
Krayem menambahkan bahwa pejabat dari Golongan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memberikan jaminan terkait kebebasan beribadah di situs tersebut.
“Kami telah diyakinkan sepenuhnya bahwa ibadah dapat berlangsung tanpa gangguan,” katanya.
Tetapi, perubahan kekuasaan ini memicu kekhawatiran di kalangan minoritas Religi. Presiden Bashar al-Assad, yang berasal dari Kategori Alawit dalam Islam Syiah, sebelumnya dikenal sebagai pelindung minoritas.
Tetapi, pengambilalihan kekuasaan oleh HTS, Golongan yang dianggap teroris oleh negara-negara Barat, menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan terhadap komunitas Syiah dan Golongan Religi lainnya. Meski HTS berusaha menampilkan Imej yang lebih moderat, banyak Anggota Syiah tetap merasa waswas.
“Darah telah tertumpah,” kata seorang Perempuan yang enggan menyebutkan namanya.
“Kami merasa tertekan. Saya hanya berharap mereka Enggak melarang kami menjalankan ritual keagamaan kami,” ujarnya dengan Persona penuh kecemasan.
Wali Kota Sayyida Zeinab, Jamal Awad, mengatakan bahwa kawasan ini telah menampung Sekeliling 37.000 penduduk dari dua desa Syiah di utara Suriah, Nabul dan Zahra, yang melarikan diri akibat serangan pemberontak.
Tetapi, setelah pemberian jaminan keamanan oleh HTS, Sekeliling seperempat dari total 45.000 penduduk kedua desa tersebut mulai kembali ke rumah mereka.
Bagi Ali, salah satu pengungsi dari desa Nabul yang tengah mengunjungi makam, Cita-cita akan perlindungan tetap Eksis.
“Kami datang ke sini mencari perlindungan di Dasar Sayyida Zeinab,” ungkapnya.
Meski ketegangan sektarian Lalu membayangi, komunitas Syiah di kawasan itu berharap dapat menjalankan ibadah mereka tanpa gangguan, sembari menyesuaikan diri dengan realitas baru pascapergantian kekuasaan. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: PBB: Tumbangnya Assad Tak Boleh Dijadikan Kesempatan Serang Suriah