Sistem Peringatan Pagi Tsunami Megathrust Diminta Dijaga Kualitasnya

Sistem Peringatan Dini Tsunami Megathrust Diminta Dijaga Kualitasnya
Alat Early Warning System (EWS) terpasang di sekitar bibir pantai di Kawasan Ekonomi Spesifik (KEK) Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.(Dok. Antara)

ADANYA potensi gempa dan tsunami megathrust membuat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diminta agar merawat sistem peringatan dini di daerah. Dengan begitu alat-alat deteksi dini bisa tetap efektif dalam memberikan informasi ke masyarakat.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki 13 zona megathrust antara lain megathrust Aceh-Andaman M9,2; Nias-Simeulue M8,7; Batu M7,8; Mentawai-Siberut M8,9; Mentawai-Pagai 8,9; Enggano M8,4; Selat Sunda-Banten M8,7; Jawa Barat-Jawa Tengah M8,7; Jawa Timur M8,7; Sumbe M8,5; Sulawesi Utara M8,5; Lempeng Laut Filipina M8,2; Utara Papua M8,7.

“Terkait Tsunami Early Warning System (TEWS) tentunya yang penting juga adalah tetap berfungsinya sirene saat kondisi darurat terjadi. Sirene diharapkan dapat berfungsi secara prima saat sebelum tsunami mencapai daratan agar masyarakat segera bisa evakuasi,” kata Ahli Bidang Geotechnical Engineering I Wayan saat dihubungi, Rabu (2/10).

Cek Artikel:  9 Manfaat Buah Bit bagi Kesehatan, Dapat Mencegah Kanker

Baca juga : Bersiap Hadapi Ancaman Gempa, Ini Upaya yang Dilakukan Pengembang

“Jadi perlu diyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi secara baik melalui command center yg diharapkan telah terbangun di BMKG,” tambahnya.

Selain itu, untuk meminimalkan korban jiwa akibat potensi tsunami, jalur evakuasi dan marka-marka jalur evakuasi harus disiapkan di setiap kawasan yang berpotensi tsunami agar masyarakat tahu ke mana harus evakuasi.

“Jangan sampai masyarakat sudah tahu atau sudah terinformasikan dengan peringatan dini tsunami tersebut namun tidak jelas harus evakuasi ke mana. Ini mungkin yang perlu diperbaiki dan dilengkapi sarana dan prasarananya, selain public-education dan public-awareness terhadap potensi tsunami tersebut,” ujar dia.

Cek Artikel:  Guru Besar Universitas Atma Jaya Yogyakarta Minta Ahli Hukum Mulai Bahas Maksudficial Intellince

Ia juga menyebut potensi megathrust di Indonesia sesungguhnya sudah diidentifikasi sejak lama terlebih sejak gempa di Aceh M9.2 pada tahun 2004. Gempa tersebut memang secara alami cepat atau lambat akan terjadi dan merupakan proses alamiah yg berulang.

“Tentu saja setiap kejadian gempa di zona megathrust ini perlu direkam lengkap dan BMKG bertugas untuk hal ini. Karena gempa megathrust ini sangat potensial membangkitkan tsunami maka sistem peringatan dini tsunami yang saat ini sudah dibangun oleh BMKG harus terus disempurnakan dengan jumlah jaringan pengamatan gempa yang lebih luas,” pungkasnya. (Z-9)

Mungkin Anda Menyukai