
Sinema Pengepungan di Bukit Duri dari penulis dan Pengarah adegan Joko Anwar akan tayang di bioskop pada 17 April 2025. Sinema ini berlatar Indonesia pada tahun 2027, yang menggambarkan kekacauan yang terjadi, seperti mengulang yang pernah terjadi di Indonesia pada masa-masa sebelumnya. Di Sinema, juga digambarkan latar konflik yang terjadi pada 1998.
Melalui Sinema Pengepungan di Bukit Duri, produser Tia Hasibuan mengharapkan penonton Bisa memulai percakapan tentang apa yang Ketika ini terjadi di Indonesia, serta tak melupakan sejarah kekerasan yang pernah dialami oleh bangsa kita pada masa lampau.
Menurut Tia, sejarah Bisa berulang Kalau kita Tak hati-hati dan memperhatikan tentang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Demi itu, alih-alih melupakan, Bahkan harus dibicarakan.
“Di Sinema ini, bukan hanya berbicara tentang kekacauan di masa Lampau tapi juga keresahan di masa sekarang, dan kemungkinan yang Bisa terjadi di masa depan. Cerita di filmnya terjadi pada tahun 2027. Di Sinema ini, kami taruh sebagai peringatan Demi kita Sekalian, yang sifatnya urgent, karena 2027 itu sebentar Tengah,” kata produser Sinema Pengepungan di Bukit Duri Tia Hasibuan Ketika konferensi pers di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, (10/4).
Diproduksi oleh Come and See Pictures Berbarengan studio Hollywood Amazon MGM Studios, Sinema ini dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.
“Come and See Pictures selalu berkomitmen Demi Membikin karya yang jujur, berani, dan relevan secara sosial tapi jiuga berusaha mendorong batas-batas Terinci perfilman Indonesia. Sinema ini bukan hanya hiburan tapi juga sebagai perenungan dan Cerminan. Visual yang kami tampilkan didesain sedemikian Jenis, kami berharap dengan Sinema ini, kita Bisa memulai percakapan tentang kekerasan remaja, luka, trauma, dan rekonsiliasi,” sambung Tia.
Pengepungan di Bukit Duri mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey). Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji Demi menemukan anak kakaknya yang hilang. Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah Demi anak-anak bermasalah. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas Sembari mencari keponakannya. ketika akhirnya ia menemukan anak kakaknya, kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.
“Kenapa dibuat dengan Jenis thriller-action, kalau dalam format yang menggurui, agar Bisa disebarkan ke lebih banyak orang. Meski filmnya ‘Tak menghibur’ tapi gampang Demi diikuti, semoga ini akan memantik percakapan. Terkadang, sebagai bangsa kita denial. Sering menganggap diri kita religius tapi Rupanya korupsinya banyak. Kita menganggap diri kita bangsa yang ramah tapi Tak ramah ke sesama. Kita sering Membikin image dalam rangka Demi denial. Sinema ini ditampilkan sedemikian Jenis, dengan sangat terukur, Demi menampilkan Fakta yang Eksis di masyarakat,” tutup Joko Anwar. (M-3)

