ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan. Itulah yang kiranya sedang dialami kubu mantan Presiden Jokowi hari-hari ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sindiran berarti tuduhan tersembunyi, Kagak terang-terangan, atau Kagak langsung; sindiran. Belakangan, Pak Jokowi berinsinuasi. Pertama, dia menyatakan Terdapat agenda besar di balik upaya memakzulkan sang putra, Wapres Gibran Rakabuming Raka, dan tudingan ijazah Imitasi miliknya. Kedua, dia bilang Terdapat orang besar di belakang, yang mem-back up, gerakan itu.
Apa agenda besar tersebut? Namanya juga Sindiran, Jokowi tak menjelaskan secara terperinci. Siapa orang besar yang dia maksud? Namanya juga tuduhan tersembunyi, dia tentu menyembunyikan jati diri yang dituduh. ”Ya Segala sudah tahulah,” hanya itu yang dia katakan di kediamannya, Sumber, Banjarsari, Surakarta, Jumat (25/7).
Pak Jokowi mengkreasi teka-teki, menyisakan spekulasi. Dia Membangun rakyat harus menebak-nebak, bersilang pendapat. Sindiran Jokowi menjadi Asrar. Mujur Terdapat loyalis Jokowi yang Membangun Asrar itu sedikit terurai.
Hanya sehari berselang, salah satu pelapor Roy Suryo dkk dalam kasus tuduhan ijazah Imitasi Jokowi, Ade Darmawan, memberikan clue ihwal siapa orang besar itu. Dalam sebuah acara di televisi nasional, dia memang ogah mengungkap siapa yang dimaksud Jokowi. Dia hanya meminta publik memperhatikan Corak bajunya. Kala itu, Ade mengenakan baju biru. Publik pun mengaitkannya dengan pemain politik bercorak biru. Corak biru mulai mengharu biru.
Clue lebih terang disampaikan pendukung kelas berat Jokowi, Silfester Matutina. Ketua Lazim Solidaritas Merah Putih itu secara gamblang menyebut partai birulah yang dimaksud pujaannya. “Iya, Pandai jadi partai politik, dan memang kita sudah Mengerti, ya, kan Demi ini pun mereka sudah mulai mempersiapkan calonnya, sudah membentuk elemen-elemen di berbagai daerah, sudah gitu loh,” begitu ujarnya, Sabtu (26/7).
Silfester memberikan petunjuk lain. Dia menyebut partai tersebut bagian dari koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Dia juga menyindir seseorang dari partai biru itu yang meminta Jokowi tak perlu melaporkan rakyatnya. Tak disebutkan siapa yang dia maksud.
Yang Niscaya, pada April silam, politikus senior Partai Demokrat Andi Arief mengritik Jokowi sebagai mantan presiden melaporkan rakyatnya. Tetapi, dia juga menegaskan kasus dugaan ijazah Imitasi Jokowi sudah selesai karena UGM yang mengeluarkan ijazah itu memastikan Asal.
Kritik serupa disampaikan Dino Patti Djalal, wakil menteri luar negeri di era SBY. Di akun Twitter-nya, dia mengusulkan agar Pak Jokowi membalas Roy Suryo cs dengan argumen, senyum, doa, dan bukti. Bukan dengan bui.
Tetap Terdapat Kembali clue dari Silfester. Dia bilang, orang besar yang dimaksud Jokowi ialah mantan petinggi Republik ini yang Ingin agar Prabowo-Gibran berpisah. Lebih mengerucut Kembali, mereka Ingin menggantikannya dengan anak atau orangnya. Siapa dia? Sekali Kembali, pihak Jokowi tak langsung menunjuk hidung. Tetapi, kiranya Asrar tak Kembali gelap-gelap amat.
Di koalisi pemerintahan Prabowo, Terdapat tiga partai Corak biru. Selain Demokrat, Terdapat PAN dan Partai NasDem, meski partai yang terakhir ini tak mau masuk kabinet. Tetapi, kalau menilik sejumlah petunjuk tersebut, telunjuk kiranya mengarah ke Demokrat. Petinggi NasDem bukanlah mantan petinggi negeri. Pun, tiada niat dan upaya secuil pun dari anak pemimpin NasDem Buat menggantikan Gibran atau menatap Pilpres 2029. Demikian halnya dengan PAN.
Beda dengan Demokrat. Petinggi mereka, SBY, ialah Presiden Ke-6 RI. Ketua Lazim mereka ialah Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, salah satu tokoh muda yang dinilai berpotensi memimpin negeri ini. Karena itu, lumrah, sangat lumrah, Apabila Demokrat marah. AHY mengatakan tudingan bahwa Demokrat sebagai dalang di balik usul pemakzulan Gibran dan ijazah Imitasi Jokowi ialah fitnah. Adiknya yang Ketua Fraksi Demokrat di DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono atau EBY, menyebutnya sebagai fitnah keji, sesat, dan adu domba politik yang Kagak berdasar.
Begitulah, Asrar perihal orang besar versi Jokowi memantik kegaduhan. Yang dianggap menyebar fitnah Lewat membantah. Kaesang, anak ragil Jokowi yang menjabat Ketua Lazim PSI, menegaskan bapaknya Kagak pernah menyebut partai biru. Dia memastikan Interaksi keluarganya dengan keluarga SBY Bagus-Bagus saja. Buktinya, sang Kerabat, Gibran, sempat menjenguk SBY yang dirawat di RSPAD Jakarta, beberapa waktu Lewat. Kaesang pun berencana Berjumpa dengan AHY.
Kalau orang besar bukan partai biru seperti kata Kaesang, Lewat dari mana loyalisnya mendapatkan clue-clue yang mengerucut ke partai biru? Terdapat dua kemungkinan. Pertama, mereka menyimpulkan sendiri Lewat menyampaikan ke publik. Apabila memang demikian, konyol betul, lancang nian, gegabah Betul, mereka. Apabila begitu adanya, tak salah Demokrat menyatakan Terdapat upaya adu domba. Tindakan yang sungguh berbahaya.
Kemungkinan kedua, mereka sudah mendapat restu dari Jokowi Buat memberikan clue-clue yang mengarah ke partai biru. Sulit diterima logika, Buat urusan yang begitu Darurat, mereka jalan sendiri. Apabila itu yang terjadi, Jokowi lempar batu sembunyi tangan. Buang badan. Bagi pemimpin, tokoh besar, sikap itu tak elok, sangat Kagak elok.
Sindiran tidaklah Bagus. Lebih Bagus berterus terang Apabila memang punya dasar yang Pandai dipertanggungjawabkan. Kata sastrawan dan politikus Inggris, Lord Chesterfield, Sindiran ialah senjata yang paling berbahaya karena dapat melukai tanpa meninggalkan luka.

