Simbol Kesuksesan atau Konflik Kepentingan?

Elon Musk menjadi salah satu miliarder dalam tim transisi pemerintahan Donald Trump. (Anadolu Agency)

Washington: Donald Trump bersiap menjadi Presiden Amerika Perkumpulan tertua yang akan dilantik di usia 78 tahun 7 bulan pada 20 Januari mendatang. Enggak hanya mencetak rekor usia, Trump juga menjadi presiden terkaya dalam sejarah, dengan nilai kekayaan Rapi mencapai antara US$5,5 miliar hingga US$6 miliar. 

Kabinet dan tim transisinya, yang mencakup miliarder terkenal seperti Elon Musk, kini menjadi yang terkaya dalam sejarah pemerintahan AS.

Kabinet ini mencakup Dekat selusin miliarder, dengan total nilai kekayaan gabungan lebih dari USD313 miliar, menurut laporan Americans for Tax Fairness pada November Lewat. Salah satu anggotanya, Elon Musk, yang juga dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia, Mempunyai kekayaan Rapi Sekeliling USD345 miliar.

Cek Artikel:  Pemerintah India Keluarkan Undang-Undang Embargo Meludahi Makanan

Melansir dari The Straits Times, Rabu 11 Desember 2024, rekor ini jauh melampaui total kekayaan kabinet pertama Trump pada 2017, yang tercatat sebesar USD6,2 miliar. Sebagai Komparasi, ketika Presiden Joe Biden menjabat pada 2021, timnya yang mayoritas hanya terdiri dari “jutawan Normal” Mempunyai total kekayaan sebesar US$118 juta. 

Biden sendiri, dengan kekayaan Rapi USD8 juta, memperoleh pendapatannya dari penjualan Naskah dan honor berbicara, sementara Wakil Presiden Kamala Harris, yang Mempunyai kekayaan Sekeliling USD7 juta, sebagian besar berkat suaminya yang merupakan pengacara sukses.

Jurang Kekayaan dan Isu Kebijakan

Kesenjangan kekayaan antara Trump dan rakyatnya mencolok. Berdasarkan laporan Federal Reserve Oktober 2023, kekayaan rata-rata rumah tangga Amerika mencapai USD1,06 juta, tetapi median kekayaan, yang lebih mencerminkan kondisi Anggota sehari-hari hanya sebesar USD192.700.

Cek Artikel:  Empat Orang Tewas dalam Serangan Udara Israel di Khan Younis

Hal ini memunculkan kekhawatiran, terutama dari Partai Demokrat, yang dalam pernyataan resminya pada 9 Desember Lewat menuduh Trump mengisi kabinetnya dengan miliarder yang “Enggak memahami kebutuhan rakyat”. 

Partai tersebut menyoroti prioritas Trump yang dianggap lebih menguntungkan kalangan kaya, seperti memperpanjang pemotongan pajak 2017 yang dinilai lebih berpihak pada perusahaan besar dan individu berpenghasilan tinggi, serta deregulasi yang menjadi kepentingan Penting bisnis besar di Amerika.

Respons Pemilih dan Potensi Konflik Kepentingan

Meskipun kritik ini cukup tajam, para pendukung Trump Malah Menyaksikan kekayaannya sebagai simbol kesuksesan. Mereka berharap pendekatan pro-bisnis yang diusung Trump akan menciptakan kemakmuran yang nantinya juga mengalir ke kalangan menengah ke Rendah.

Cek Artikel:  Hamas Berduka, Konfirmasi Mortalitas Ismail Haniyeh di Teheran

Tetapi, kehadiran miliarder dalam kabinet juga memunculkan risiko konflik kepentingan yang Konkret. Para Ahli etika memperingatkan bahwa pejabat dengan kepemilikan bisnis besar dapat tergoda Kepada memprioritaskan kepentingan pribadi, seperti dalam pengadaan kontrak pemerintah atau pengecualian tarif. 

Bahkan Apabila pejabat tersebut melepaskan asetnya atau memasukkannya ke dalam blind trust, risiko tersebut tetap sulit Kepada sepenuhnya dihindari.

Dengan kebijakan-kebijakan yang dirancang oleh para miliarder Kepada kalangan elite, tantangan besar menanti Trump Kepada membuktikan bahwa pemerintahannya Pandai membawa manfaat Konkret bagi rakyat Amerika secara luas. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Trump Tunjuk Elon Musk Pimpin Departemen Baru, Ini Tugasnya

Mungkin Anda Menyukai