Silaturahim Demi Konsolidasi Demokrasi

SILATURAHIM para elite politik pada Lebaran yang baru saja berlalu dua hari yang lalu benar-benar membawa angin sejuk di hati masyarakat Indonesia. Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, misalnya, yang bertandang ke kediaman Airlangga Hartarto, bekas seteru politiknya pada pemilu lalu.

Keduanya malah larut dalam obrolan yang penuh tawa dan canda, sembari mencicipi satu per satu panganan khas Lebaran.

Keduanya seakan lupa bahwa Februari lalu baru saja menjadi rival politik. Sikap keduanya malah menunjukkan politik itu secukupnya, silaturahim itu selamanya.

Silaturahim ini yang mesti terus dibangun karena menjadi modal utama tetap berdirinya pbangsa ini. Di tahun politik, silaturahim penting dijaga antarsesama anak bangsa. Pemilu mesti disadari bersama adalah sebuah kontestasi yang berulang tiap lima tahun, sementara itu silaturahim adalah sebuah kewajiban yang melekat sepanjang masa.

Cek Artikel:  IKN dan Kemerdekaan Kita

Kewajiban tiap warga negara dan tak boleh hanya terjadi di momentum Lebaran saja. Pemilu tak boleh membelah kerukunan dan merusak tatanan sosial kehidupan sesama.

Mesti disadari pula bahwa pemilu hanyalah alat pencarian pemimpin mendatang, bukan tujuan masa depan. Pemilu dan hasilnya mesti disikapi dengan sukacita dan kegembiraan.

Absah-sah saja jika ada kelompok yang merasa kecewa karena pilihannya kalah dalam pemilu, tapi silaturahim tetap mesti ditempatkan di atas pemilu.

Berbagai silaturahim politik di Lebaran kali ini mesti dimanfaatkan untuk mengonsolidasikan demokrasi. Spirit silaturahim antarelit sangat bagus untuk membangun komunikasi bersama dalam mendudukkan posisi demokrasi kita ke depan.

Jangan lupa, tantangan demokrasi itu bukanlah rivalitas dalam politik slot5000. Tantangan sesungguhnya ialah tujuan bernegara yang masih jauh dari sempurna, di antaranya ialah meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkualitas yang kalah maupun yang menang dalam pemilu lalu, tak boleh ada yang lupa dari tujuan bernegara itu.

Cek Artikel:  Kisah Pilu Sistem Pemilu

Korupsi yang tak ada habisnya dan kesenjangan ekonomi yang sangat menganga masih menjadi penyakit kronis bangsa ini. Dua penyakit ini yang mestinya segera dijawab oleh demokrasi.

Kalau tiap kali ganti pemimpin bangsa dan dua penyakit itu masih bercokol, harus kita akui bahwa demokrasi kita masih gagal. Demokrasi kita hanya berhasil sebatas menghasilkan pemimpin tanpa gontok-gontokan, tapi bukan menghasilkan negara yang melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh tanah air Indonesia.

Karena itu, silaturahim para elit politik yang tengah berlangsung saat ini mesti diapresiasi dan ditiru oleh seluruh anak bangsa. Berbagai perbedaan mesti segera diakhiri demi sebuah tujuan bersama, yakni tujuan bernegara.

Cek Artikel:  Hormati Putusan Mahkamah Konstitusi

Kekuatan magis silaturahim sejatinya telah dibuktikan oleh para pendiri bangsa ini, tahun 1945 silam. Para tokoh bangsa yang berasal dari beragam agama dan pandangan politik berhasil duduk satu meja untuk bersama-sama memproklamasikan kemerdekaan bangsa ini.

Sulit dibayangkan apa yang akan terjadi jika para tokoh bangsa itu saling mempertahankan pendapat dan pilihannya masing-masing. Kemerdekaan tentunya hanya menjadi sebuah mimpi dan kesejahteraan berhenti jadi bahan obrolan di warung kopi. Karena itu, selamat bersilaturahim dan jangan lupa terus menjaganya.

Mungkin Anda Menyukai