Sikapi Mpox, Menkes Sebut Tak Eksis Restriksi WN Afrika

Sikapi Mpox, Menkes Sebut Tak Ada Pembatasan WN Afrika  
Rapat Terbatas terkait Penanganan Mpox dan Persiapan Penyelenggaraan Indonesia-Africa Perhimpunan (IAF) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8).(Fetry Wuryasti/MI)

 

MENTERI Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan pemerintah tidak akan melakukan pembatasan di pintu masuk negara kepada warga negara (WN) Afrika menyusul merebaknya kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan Mpox menjadi darurat kesehatan dunia atau PHEIC.

Menurut Menkes langkah itu dilakukan karena Indonesia akan menjadi tuan rumah  Indonesia-Africa Perhimpunan (IAF) di Bali pada 1-3 September 2024.
“Jadi, tidak ada (pembatasan). Karena memang WHO juga tidak menganjurkan diskriminasi dari orang-orang yang datang, dan benar, pengalaman kita kalau ditutup masuknya kan bisa dari titik lain juga,” kata Budi Gunadi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/8).

Cek Artikel:  Mengenal Aksara Lontara Warisan Budaya Tertulis Etnis Bugis dan Makassar

Baca juga : Menkes : Varian Clade 1B Argumen WHO Naikkan Status Kedaruratan Mpox

Indonesia akan mengundang 51 negara dengan 22 di antaranya merupakan negara dari kawasan Afrika yang notabenenya mencatatkan kasus Mpox paling banyak. Menkes menuturkan bahwa langkah pemerintah saat ini ialah memperkuat surveilans atau pengawasan di setiap pintu masuk Indonesia antara lain skrining suhu kepada pelaku perjalanan. Apabila diketahui ada yang memiliki suhu tubuhnya tinggi, ujar dia, akan dilakukan tes polymerase chain reaction (PCR).

Selain itu, imbuh Menkes, seluruh pendatang dari luar negeri juga harus mengisi data di aplikasi satu sehat hingga declaration form. Pemerintah  juga telah menyediakan tempat karantina bagi mereka yang positif terpapar virus Mpox.

Cek Artikel:  Mosaik Hati Indonesia Dibangun Tertentu untuk Paus Fransikus, Simbol Keberagaman Indonesia

“Kalau positif, kita kirim langsung ke rumah sakit untuk isolasi dulu sambil kita genome sequence variannya. Kalau variannya 2B, kita tahu 100% sembuh,” kata Budi Gunadi. (H-3)

 

Mungkin Anda Menyukai