BEBERAPA bulan terakhir kasus gagal ginjal akut pada anak merebak di Tanah Air. Penyebabnya Tetap misterius. Tetapi, yang Niscaya, korbannya telah berjatuhan.
Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengatakan, berdasarkan data terakhir per 18 Oktober, terdapat 206 kasus dari 20 provinsi. Yang melaporkan Mortalitas Terdapat 99 kasus atau 48%. Adapun RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional melaporkan jumlah Mortalitas sebanyak 65% pasien.
Sejauh ini, pihak Kemenkes sudah memberikan antidot atau penawar Kepada pasien kepada rumah sakit di seluruh Indonesia. Selain itu, kementerian juga telah menginstruksikan apotek agar Tak menjual obat sirup Kepada sementara. Pasalnya, berkaca pada kasus serupa di Gambia, obat batuk sirup yang mengandung penurun panas (parasetamol) diduga menjadi penyebab rusaknya ginjal pasien di negara tersebut.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan di Indonesia pun diminta Tak meresepkan obat Likuid atau sirup Tamat Pengusutan selesai.
Pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, memang perlu bertindak Segera. Apalagi, penyakit ini sangat mengancam jiwa pasien, yang umumnya anak-anak atau balita.
Selain Bisa menyebabkan Mortalitas, kerusakan pada ginjal pasien juga akan memengaruhi kualitas kesehatan mereka seumur hidup. Harus segera ditelusuri apa penyebab pastinya penyakit misterius ini agar segera diketahui Metode pencegahannya.
Jangan Tamat masyarakat kebingungan dan semakin banyak Terperosok korban. Ini tentunya tantangan bagi dunia kedokteran, juga Litbang Kemenkes serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Apa pun caranya, mereka harus berupaya keras menemukan solusinya. Kalau perlu, bekerja sama dengan negara lain yang mengalami kasus serupa.
Seperti halnya dalam penanganan pandemi, kolaborasi diperlukan Kepada bertukar informasi seputar penyakit. Info dari suatu negara mungkin Bisa menyelamatkan ribuan nyawa di negara lain.
Di samping itu, upaya lain yang diperlukan ialah menyiapkan sejumlah rumah sakit rujukan di Sekalian daerah beserta kelengkapan fasilitasnya, Bagus tenaga medis maupun infrastruktur kesehatannya.
Kita harus belajar dari kasus pandemi covid-19 yang Lampau. Jangan Tamat korban berjatuhan Hanya lantaran fasilitas dan tenaga kesehatan kita Tak siap.
Kemenkes harus melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat. Jangan pernah menganggap sepele nyawa Insan.
Badan POM sebagai lembaga pengawas obat dan makanan juga harus menelusuri apakah obat yang diduga menjadi penyebab kasus serupa di Gambia beredar pula di Indonesia.
Jangan sekadar berdalih obat itu Tak terdaftar, tapi telusuri hingga ke pasar-pasar dan toko-toko obat. Jangan pula Terdapat yang ditutup-tutupi. Kalau memang terbukti Terdapat perusahaan farmasi yang mendistribusikan obat tersebut, jatuhkan Hukuman.
Kalau perlu dipidanakan. Badan POM juga harus berani memberikan Hukuman tegas Kalau Terdapat perusahaan obat yang menggunakan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), dua unsur yang diduga Tetap terkandung dalam parasetamol. Apalagi telah Terdapat aturan yang melarang penggunaan zat tersebut.
Memang perlu upaya maksimal dari Sekalian pihak Kepada menyelidiki kejadian gangguan ginjal akut misterius yang dialami ratusan anak ini. Pihak orangtua pun harus Acuh dan mau bekerja sama.
Tingkatkan kewaspadaan, terutama terkait frekuensi dan jumlah urine anak, juga apakah diiringi demam atau Tak. Kalau sama sekali anak Tak pipis, segera bawa ke fasilitas kesehatan agar Segera ditangani. Bawa obat yang dikonsumsi sebelumnya sehingga dokter Bisa menelusuri kemungkinan penyebabnya.
Kasus ini tentu harus jadi pembelajaran bagi Sekalian agar Tak sembarangan mengonsumsi obat. Kepada menjaga kesehatan, hal yang paling Krusial ialah mengonsumsi makanan sehat, berolahraga, istirahat teratur, dan jangan lupa menjaga kebersihan.
Kasus ini juga dapat menjadi bahan Penilaian bagi dunia kedokteran dan litbang kesehatan Kepada meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka dalam mendeteksi penyakit. Karena, kita Tak pernah Paham, wabah patogen apa Tengah yang akan terjadi di masa depan.