Seruan Frugal Living vs Pertumbuhan Ekonomi, Apa Dampaknya bagi Konsumsi Masyarakat

Seruan Frugal Living vs Pertumbuhan Ekonomi, Apa Dampaknya bagi Konsumsi Masyarakat?
Frugal Living berdampak pada pertumbuhan ekonomi(MI/Akbar Wibowo)

SERUAN frugal living (hidup Irit) oleh warganet berpotensi besar memperlambat laju perekonomian. Itu karena konsumsi masyarakat merupakan mesin Primer pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, Apabila seruan itu diterapkan, bukan tak mungkin ekonomi Indonesia bakal semakin suram. Pasalnya, tanpa seruan itu pun konsumsi masyarakat telah melemah dan berimbas pada penurunan produksi bisnis. 

“Apalagi Terdapat kampanye frugal living. Itu hak masyarakat, mau Irit, memang daya beli sedang lemah. Mungkin itu orang-orang yang tanpa kenaikan PPN juga jarus Irit pengeluarannya,” ujarnya di Jakarta, Kamis (21/11). 

Cek Artikel:  Dukung Kekuatan Rapi di Jatim, PT Easterntex Beralih ke Listrik PLN

Bagian konsumsi rumah tangga sedianya sepanjang tahun ini Lalu melemah. Itu terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang perlahan menciut di tiap triwulan. 

Pada triwulan I 2024 konsumsi rumah tangga tercatat mengalami pertumbuhan 4,91% dan berkontribusi hingga 54,93% dari PDB Indonesia yang Begitu itu Pandai tumbuh 5,11%. Pada tiga bulan pertama itu, konsumsi rumah tangga Mempunyai momentum Buat tumbuh lantaran Terdapat periode puasa dan pemilu 2024.

Kendati begitu, pertumbuhan yang tak Pandai melampaui Nomor 5% seperti periode-periode sebelumnya merupakan bukti terjadi pelamahan daya beli masyarakat. 

Lampau pada triwulan II 2024, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,93% dan berkontribusi terhadap PDB sebesar 54,53%. Pertumbuhan itu juga relatif lelet lantaran di periode itu Terdapat momen lebaran dan libur sekolah yang notabene merupakan periode pendongkrak konsumsi rumah tangga. 

Cek Artikel:  Gebrakan Afiliasi Dorong Pertumbuhan Industri Kreatif di Indonesia

Sementara di triwulan III 2024 konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan 4,91%, lebih lelet dari triwulan sebelumnya. Kontribusi pertumbuhan itu terhadap PDB juga menyusut menjadi 53,08%. 

“Itu haruanya Terdapat sense of crisis dari pemerintah. Tapi narasi yang dibangun Tamat hari ini, adalah menaikan-menaikan (harga) Lalu. BPJS iuran naik Juni 2025. KRL diseleksi Mengenakan KTP. Menggelegar Begitu ini PPN 12%, ini perlu dikritisi,” Jernih Eko. 

“Itu seperti sudah Terperosok, ketimpa tangga. Ini di mana kepekaan para pembuat kebijakan? Kenapa kebijakan seperti itu tetap mau dilakukan?” tambahnya. 

Karenanya Eko meragukan ekonomi Indonesia Pandai mengalami pertumbuhan tinggi di tahun depan Apabila pengambil kebijakan tetap ngotot Mau menambah beban masyarakat. 

Cek Artikel:  Dorong Pertumbuhan Sektor Pariwisata untuk Figurkan Lapangan Kerja bagi Masyarakat

“Kalau itu (seruan frugal living) Akurat-Akurat terjadi, konsumsi Pandai turun lebih dalam Tengah, mungkin 4,8%-4,75%, tergantung momentum juga apakah frugal livingnya Begitu hari raya atau apa, itu lebih Krusial karena konsumsi kita menigkatnya musiman,” pungkas dia.  (Z-10)

Mungkin Anda Menyukai