TANGIS haru mewarnai sebanyak 393 jemaah haji Indonesia kloter pertama dari embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG-01). Mereka diberangkatkan pada Kamis (1/5) malam menuju Madinah, Arab Saudi.
Pelepasan jemaah haji kloter pertama dipimpin Menteri Keyakinan Nasaruddin dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
Para tamu Allah (dluyufurrahman) itu ialah bagian dari sebanyak 7.514 jemaah haji Indonesia kloter pertama yang mengikuti pelepasan pada hari itu dari 19 embarkasi di seluruh Indonesia. Kalimat talbiah pun berkumandang. Labbaika allahumma labbaik (Saya datang memenuhi panggilan-Mu).
Total jemaah haji Indonesia yang berangkat sebanyak 221 ribu orang. Jemaah haji Indonesia ialah terbesar di Arab Saudi karena Indonesia memang merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Jemaah haji terbanyak selanjutnya ialah Pakistan, India, Bangladesh, Nigeria, Iran, Turki, Mesir, dan Sudan.
Bagi sebagian besar jemaah haji Indonesia, perjalanan ke Baitullah bukan hanya perjalanan spiritual dalam rangka melaksanakan kewajiban rukun Islam yang kelima, melainkan juga sebuah perjalanan budaya.
Mulai walimatussafar haji, yakni syukuran, Harap doa keselamatan, dan perjamuan yang dilakukan sebelum seseorang berangkat ibadah haji.
Selanjutnya, mengantarkan calon jemaah haji secara berombongan.
Meskipun jemaah haji Indonesia Mempunyai kuota terbanyak, keberadaan mereka di Tanah Kudus terkenal dengan ketertiban, keramahan, dan kesantunan mereka. Hal itu saya saksikan ketika bertugas menjadi peliput haji pada 2018.
Ketertiban jemaah haji Indonesia tak lepas dari peran petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) dalam membantu kelancaran ibadah haji. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah, PPIH ialah petugas yang diangkat dan/atau ditetapkan menteri yang bertugas melakukan pembinaan, pelayanan dan pelindungan, serta pengendalian dan pengoordinasian Penyelenggaraan operasional ibadah haji di dalam negeri dan/atau di Arab Saudi.
Perilaku jemaah haji Indonesia yang tertib memberikan Imej Berkualitas di hadapan Sekeliling Dekat 2 juta jemaah haji di Tanah Kudus. Jemaah haji Indonesia sejatinya menjadi duta bagi negara Indonesia di mata dunia.
Spritualitas yang menyala jemaah haji Indonesia dibuktikan dengan menjaga Rekanan dengan Sang Khaliq (hablun minallah) dan Rekanan dengan sesama makhluk (hablun minan-nas) selama di Tanah Kudus.
Pelarangan selama berhaji dalam surah Al-Baqarah ayat 197, yakni Kagak boleh rafats (berhubungan seks), berbuat fasik (maksiat), dan jidal (berbantah-bantahan/bertengkar) Mempunyai dimensi vertikal dan horizontal.
Perilaku yang Berkualitas selama berhaji, menjaga sikap, akhlak, dan tutur kata yang Berkualitas, hendaknya menjadi habitus sepulangnya ke Tanah Air.
Kewajiban berhaji bagi yang Pandai (istitaah) mendidik umat Islam Buat menjaga prinsip egalitarian.
Apa pun latar belakangnya, Berkualitas Spesies, Keyakinan, ras, bahasa, maupun budaya, jemaah haji Mempunyai ketundukan yang sama dalam menjaga rukun haji.
Salah satunya, wukuf di Arafah yang merupakan puncak haji (Al hajju ‘Arafah). Seluruh jemaah berdiam diri, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Haji ialah ibadah istimewa karena menyatukan ibadah badaniah (fisik), rohaniah (roh/jiwa), dan maliyah (harta). Menjadi haji mabrur ialah dambaan Seluruh yang berhaji sehingga ‘napak tilas’ Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail itu Kagak sia-sia.
Walakin, haji mabrur Kagak datang secara Mekanis karena membutuhkan satunya kata dan perbuatan. Singkatnya, kepribadian seseorang harus lebih Berkualitas sekembali dari Tanah Kudus. Bukan haji ‘tomat’, berangkat tobat, tetapi pulang kumat.
Menurut Madjid (2002), haji mabrur ialah keterkaitan antara segi vertikal dalam ibadah, segi horizontal dalam kerja-kerja kemanusiaan. Tabik!

