AKHIR-AKHIR ini kita menghadapi kejadian gangguan ginjal akut atau gagal ginjal akut pada anak dengan angka kematian yang tinggi. Dilaporkan lebih dari 230 anak mengalami gangguan ginjal akut dan lebih dari setengahnya meninggal dunia. Keadaan itu sangat menyedihkan dan membuat kita semua prihatin. Selain melonjaknya kejadian gangguan ginjal akut dengan angka kematian yang tinggi, timbul lagi keresahan berikut, yakni dugaan penyebabnya ialah obat sirop.
Anak-anak yang menderita gangguan ginjal akut tersebut terlebih dahulu mengalami gangguan saluran napas, seperti demam, batuk pilek, atau gangguan saluran cerna berupa muntah dan mencret atau diare. Akibat gangguan saluran napas atau saluran cerna itu, anak-anak mendapat obat sirop dan dalam waktu beberapa hari, lalu anak-anak tersebut mengalami penurunan jumlah urine atau oliguria dan bahkan tidak ada urine atau anuria.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinina dan ureum darah yang kadarnya dapat mencapai lebih dari 10 kali lipat nilai normal. Diduga anak anak tersebut mengalami gangguan ginjal akut akibat obat sirop yang dikonsumsi. Berbagai televisi memberitakan keadaan itu setiap hari, pagi, siang, sore, dan malam. Informasi di media sosial pun tidak kalah gencarnya.
Menyikapi keadaan itu, Kementerian Kesehatan mengambil sikap untuk melarang penjualan obat sirop agar anak-anak tidak mengonsumsi obat sirop dengan tujuan mencegah timbulnya korban baru. Orangtua khawatir dan bertanya-tanya, obat apa penyebab penyakit ini dan obat apa yang dapat mereka berikan jika anak mereka sakit. Meski dianjurkan untuk memberikan obat dalam bentuk tablet atau kapsul atau supositoria, hal itu tidak mudah dilakukan. Itu karena anak (apalagi untuk anak kecil atau bayi) tidak mampu mengonsumsi tablet atau kapsul. Apabila diberikan dalam bentuk puyer, orangtua harus ke fasyankes dulu membawa anaknya berobat dan orangtua perlu menyediakan waktu.
Terbayang bagaimana sulitnya memberikan obat puyer kepada anak. Dokter pun merasa kesulitan untuk meresepkan obat kepada anak. Para pedagang obat, baik toko obat maupun apotek, akan mengalami penurunan keuntungan karena tidak diperkenankan menjual obat sirop. Demikian juga perusahaan produsen obat sirop akan terkena imbasnya. Masyarakat pun bertanya-tanya apakah itu gangguan ginjal akut? Apakah itu penyakit baru? Apa penyebabnya, bagaimana mengobatinya, dan berbagai pertanyaan lain.
Mendadak
Gangguan ginjal akut pada anak ialah penurunan fungsi ginjal (laju filtrasi glemrulus, LFG) mendadak yang menyebabkan hilangnya kemampuan ginjal mempertahankan homeostasis tubuh. Keadaan itu mengakibatkan peningkatan metabolit atau zat yang tidak dibutuhkan lagi dalam darah, seperti nitrogen, ureum, kreatinina, serta menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Gangguan ginjal akut ditandai dengan peningkatan kadar kreatinina serum dengan atau tanpa penurunan jumlah urine.
Penyakit itu bukan penyakit baru karena dikenal sejak dahulu. Sebelum 2004, terminologi yang digunakan ialah gagal ginjal akut atau acute renal failure. Tetapi, sejak 2004, kalangan kedokteran terutama yang berkecimpung di bidang ginjal atau nefrologi, baik untuk anak maupun dewasa, menggunakan terminologi gangguan ginjal akut atau acute kidney injury dan disingkat AKI.
Penggunaan terminologi AKI didasarkan pada berbagai pertimbangan. Salah satunya karena diagnosis gagal ginjal akut menggambarkan diagnosis yang terlambat. Sebagaimana diketahui, tata laksana pasien bergantung pada diagnosis dan diagnosis gagal ginjal menimbulkan keterlambatan tata laksana karena tata laksana dilakukan setelah ginjal mengalami kegagalan fungsi.
Pada 2004, ADQI (The Acute Dialysis Quality Initiative) mengajukan kriteria gangguan ginjal akut berdasarkan RIFLE. RIFLE ialah singkatan risk (risiko), injury (cedera), failure (gagal), loss (hilang), dan E (ESRD, end stage renal disease/penyakit ginjal stadium lanjut). Pada 2007, dibuat kriteria gangguan ginjal akut untuk anak, pRIFLE (pediatric RIFLE)
Pada 2012, KDIGO mengeluarkan kriteria baru untuk gangguan ginjal akut dan pada 2015 dikeluarkan kriteria gangguan ginjal akut untuk neeonatus (bayi baru lahir). Kriteria berdasar KDIGO terbagi menjadi 3 stadium: derajat 1 ringan, derajat 2: sedang, dan derajat 3: berat. Kriteria gangguan ginjal akut pada anak didasarkan pada peningkatan kadar kreatinina darah atau penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dan volume urine.
Dikategorikan risk (R) jika terdapat penurunan LFG > 25% atau volume urine Injury (R) jika terdapat penurunan > 50% atau volume urine 16 jam. Failure (F) jika terdapat penurunan LFG > 75% atau volume urin 24 jam atau anuria > 12 jam. L (loss) jika gagal ginjal akut menetap lebih 4 minggu, sedangkan E (ESRD) jika penurunan fungsi ginjal > 3 bulan.
Sebagaimana diketahui, ginjal mempunyai banyak fungsi, antara lain fungsi ekskresi/pengeluaran meliputi pengeluaran sisa metabolisme, pengaturan volume cairan tubuh, menjaga keseimbangan asam-basa, serta fungsi endokrin yang meliputi pembentukan sel darah merah, pengaturan tekanan darah, dan keseimbangan kalsium dan fosfor.
Gangguan ginjal akut pada anak bukan penyakit baru. Nyaris semua rumah sakit sudah terbiasa merawat penyakit ini karena sering terjadi sebagai komplikasi berbagai penyakit seperti diare akut dan dehidrasi berat, infeksi saluran kemih, atau karena infeksi sistemis atau sepsis.
Penyebab gangguan ginjal akut dibagi menjadi penyebab prerenal (sebelum ginjal), renal (di ginjal), dan pascarenal (setelah ginjal). Penyebab prerenal antara lain kehilangan cairan tubuh karenai diare dan dehidrasi, perdarahan, luka bakar, atau infeksi berat dengan renjatan, penurunan curah jantung karena gagal jantung.
Penyebab renal antara lain glomerulonefritis (peradangan glomerulus), kelainan pembuluh darah dalam ginjal, obat yang merusak ginjal atau nefrotoksik (seperti aminoglikosida), paparan zat kontras, paparan zat beracun, seperti etil alkohol atau etilena glikol, merkuri, timbal, atau logam berat lainnya. Penyebab pascarenal antara lain obstruksi atau sumbatan, seperti kelainan saluran kemih, batu saluran kemih, kristal asam jengkol, tumor, dan lain-lain.
Gangguan ginjal akut harus segera ditata laksana dengan adekuat. Itu karena dapat menyebabkan kematian atau berlanjut menjadi penyakit ginjal kronik stadium akhir yang memerlukan cuci darah atau cangkok ginjal di kemudian hari. Tata laksana gangguan ginjal akut bergantung pada penyebabnya. Tata laksana prarenal ialah mengatasi penyebab, misal pemberian cairan yang adekuat jika terdapat dehidrasi atau renjatan.
Tata laksana renal meliputi mengatasi penyebab, mempertahankan perfusi ginjal, mencegah kelebihan cairan, nutrisi adekuat, mengatasi asidosis dan kelainan elektrolit, penyesuaian dosis, menghindari obat merusak ginjal (nefrotoksik), dan mengatasi gejala lain. Pada keadaan berat atau anuria, dilakukan terapi cuci darah (dialisis), seperti dialisis peritoneal atau hemodialisis. Terapi pascarenal antara lain menentukan obstruksi (USG, radiolgi), perbaiki obstruksi, atau tindakan darurat seperti pemasangan kateter kandung kemih, atau operasi sitostomi, nefrostomi.
Penyebab tidak lazim
Manifestasi klinis gangguan ginjal akut yang belakangan ini terjadi pada anak, berbeda dengan manifestasi klinis gangguan ginjal akut sebelumnya. Manifestasi klinisnya lebih berat dan hanya dalam hitungan hari terdapat penurunan fungsi ginjal progresif sehingga disebut dengan gangguan ginjal akut atipik progresif. Berbagai penyebab sudah diteliti dan dilakukan tata laksana yang adekuat. Itu termasuk dengan tindakan dialisis (cuci darah) dan bantuan alat napas (ventilator) serta pemberian obat-obatan lainnya. Tetapi, hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Hal itu menimbulkan pemikiran adanya penyebab yang tidak lazim.
Dengan penelusuran lebih lanjut, terhadap kejadian sebelum timbulnya gangguan ginjal akut, didapatkan informasi bahwa hampir semua anak mengonsumsi obat sirop untuk mengobati gejala gangguan saluran napas dan saluran cerna yang dialami anak. Timbul dugaan kemungkinan obat tersebut sebagai penyebab gangguan ginjal akut.
Apakah etil glikol dan dietil glikol yang terdapat dalam obat sirop sebagai penyebab gangguan ginjal akut pada anak yang terjadi belakangan ini? Itu merupakan kecurigaan besar. Tetapi, untuk menentukan etil glikol dan dietil glikol sebagai penyebab gangguan ginjal akut masih memerlukan pengkajian lebih lanjut. Apakah fomepizole dapat menyembuhkan gangguan ginjal akut?
Perlu diketahui ada berbagai macam tindakan yang dilakukan dalam tata laksana gangguan ginjal akut pada anak. Pemberian fomepizole; antidotum etil glikol dan dietil glikol yang dicurigai sebagai penyebab gangguan ginjal akut, ialah salah satu bagian dari rangkaian tata laksana. Kesembuhan seorang anak dari penyakitnya termasuk gangguan ginjal akut, tidak hanya ditentukan pemberian obat. Tetapi, kesembuhan dipengaruhi berbagai faktor seperti kondisi anak, usia, status gizi, penyebab penyakit, derajat keparahan penyakit. Lampau, pengaturan diet, cairan dan elektrolit, jenis tindakan yang dilakukan, serta obat-obatan.
Pemantauan lebih lanjut
Dalam tata laksana gangguan ginjal akut, sudah diberikan obat fomepizole sesuai dengan protokol dan dosis yang dianjurkan, di samping tata laksana lainnya seperti dialisis, alat bantu napas, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan obat-obatan. Buat mencegah timbulnya kasus baru, obat dalam bentuk sirop tidak tersedia lagi di pasaran sehingga tidak dikonsumsi anak.
Apabila dengan tata laksana saat ini, angka kesembuhan meningkat dan terjadi penurunan kasus baru, diyakini bahwa penyebab gangguan ginjal akut pada anak ialah etil glikol dan dietil glikol. Tetapi, jika tidak terjadi perbaikan kesembuhan dan penurunan jumlah kasus baru, perlu dicari penyebab lain.
Terhadap anak yang mengalami kesembuhan, perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut untuk mendeteksi gejala sisa, atau perjalanan penyakit untuk pencegahan menjadi penyakit ginjal kronik. Mari bersama kita doakan, semoga badai ini segera berakhir.