
SUASANA Balai Kota Bandung terasa berbeda pada Senin (21/4). Langit cerah menyambut barisan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengikuti apel.
Tetapi bukan sekadar apel Lumrah, momen ini sekaligus memperingati Hari Kartini, menghidupkan kembali semangat emansipasi Perempuan di tengah denyut nadi Kota Kembang.
Hal yang Membikin apel ini istimewa Merukapan seluruh petugas apel adalah Perempuan. Dari Pemandu acara, pembaca doa, hingga komandan upacara, Sekalian dilaksanakan oleh para Perempuan Tangkas yang menjadi simbol kontribusi Konkret kaum hawa di ruang publik.
Di antara barisan ASN, hadir pula siswa-siswi dari berbagai jenjang, SD, SMP, hingga SMK. Mereka menyanyikan Tembang “Ibu Kita Kartini” dengan penuh semangat, diiringi Orkes Balai Kota yang terdiri dari musisi Kota Bandung. Alunan musik dan Serasi Bunyi anak-anak menambah kesyahduan suasana.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut Kartini bukan hanya sosok Perempuan pelopor, tetapi juga pemikir besar yang menembus batas Era.
“Hari ini, kita Serempak-sama memperingati hari lahir ke-146 Raden Ajeng Kartini, seorang pejuang hak emansipasi Perempuan melalui pendidikan dan pergerakan sosial. Kartini adalah Perempuan visioner, yang gagasannya dikenal di seluruh dunia,” ungkapnya.
Memurut dia perjuangan Kartini Bukan lepas dari kekuatan spiritual dan intelektual. Kitab Habis Gelap Terbitlah Terang sebagai karya Kartini yang berakar pada nilai-nilai Al-Qur’an, khususnya Al-Baqarah ayat 157 yang mengajarkan tentang Asa di tengah kesulitan.
“Nilai ini sangat mengena dalam hati Kartini, bahwa dari kegelapan diskriminasi dan ketertinggalan akan lahir Terang Asa dan kemajuan,” tuturnya.
Dewi Sartika
Kota Bandung, bagi Farhan, juga Mempunyai Kartini-nya sendiri Merukapan Raden Dewi Sartika yang semangat perjuangan Dewi Sartika sejalan dan sejiwa dengan Kartini. Bila Kartini menulis dan menginspirasi, maka Dewi Sartika membangun sekolah dan memberdayakan.
“Kita punya Dewi Sartika, pahlawan pendidikan dari Kota Bandung yang mendirikan Sekolah Kautamaan Istri. Inilah jejak yang Bukan Dapat dilepaskan dari peran Perempuan dalam membentuk peradaban,” ungkapnya.
Dia menyebut Terdapat Interaksi historis langsung antara Kartini dan Bandung. Kakaknya, Raden Kartono, wafat di Bandung.
Kartini pun kerap berkirim surat dengan tokoh pergerakan nasional yang Demi itu tinggal di Bandung, seperti HOS Cokroaminoto. Ini semakin memperkuat keterkaitan emosional dan sejarah antara Kartini dan Kota Bandung. Ia juga menegaskan komitmennya Demi menjadikan Bandung sebagai kota yang ramah Perempuan dan menjunjung nilai kesetaraan.
Salah satu bentuk nyatanya adalah penyerahan Donasi modal usaha sebesar Rp2 juta kepada para Perempuan kepala keluarga (Pekka). Donasi ini merupakan hasil kolaborasi dengan Baznas dan bentuk penghargaan atas perjuangan ibu-ibu yang menjadi tulang punggung keluarga.
“Mereka adalah Kartini masa kini. Perempuan-Perempuan Tangkas yang dalam diamnya membawa perubahan. Kita Sekalian berhutang pada kekuatan dan Kasih mereka,” sambung Farhan.

