Sejarah Waduk Mawang, Pembuktian Kesaktian Tiga Penyiar Islam di Tanah Makassar

Liputanindo.id RAMADHAN – Waduk Mawang adalah sebuah Waduk terbesar yang terletak di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

 

Tempat ini Mempunyai luas Waduk kurang lebih 2,99 km ditambah daratan sepanjang tepian Waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik Waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat sehingga total luas kawasan adalah 12,4 km.

 

Mawang merupakan kata dari bahasa daerah Makassar yang berarti ‘Terapung’. Waduk Mawang Mempunyai tanggul yang biasanya dijadikan masyarakat sebagai tempat Kepada menikmati sunset dan sunrise

 

Di kawasan Waduk Mawang pada sore hari dimanfaatkan oleh beberapa orang Kepada menjala dan memancing. Enggak hanya itu di pagi dan sore hari banyak penduduk melakukan olahraga joging menelusuri pinggiran Waduk. Waduk ini dikelilingi banyak pohon rindang sehingga suasananya sangat Asri. 

Cek Artikel:  Linkin Park Dijadwalkan Buka Final UCL 2025 di Munich dengan Remix Musik Numb

 

Terlepas dari itu, Waduk Mawang Rupanya Mempunyai sejarah panjang. Waduk ini diyakini menjadi saksi pembuktian kesaktian tiga penyiar Islam yang menyebarkan Religi Islam di tanah Makassar. 

 

Ketiganya ialah Syech Yusuf Tuanta Salamaka, Nene Lomo’ Ri Antang, dan Datuk Ri Paggentungang.

 

Ditemui Tim Liputanindo.id, salah satu penjaga Makam Nene Lo’mo Ri Antang, Daeng Beta mengatakan, Nene Lo’mo Ri Antang menyebarkan Religi islam Berbarengan dengan Syech Yusuf dan Datuk Ri Paggentungang.

 

“Dulunya Datuk Paggentungang meminta Lo’mo Ri Antang Kepada mengundang Syech Yusuf Kepada datang ke tempatnya di Waduk Mawang, Kabupaten Gowa Kepada memancing ikan,” bebernya. 

 

Keesokan harinya, kata Dg Beta, bertemulah ketiganya di Waduk Mawang dan memancing ikan.

Cek Artikel:  Elijah Woods Rilis EP Elijah Would

 

Di sana mereka duduk betiga di atas batu yang membentuk gundukan yang dinamakan Pa’bumbungan dan memancing.

 

“Begitu memancing hujan deras turun dan membasahi mereka. Di situlah mereka awal mula memperlihatkan masing-masing kemampuannya,” ungkapnya. 

 

Begitu itu, kata Dg Beta, ketiganya dalam kondisi basah dan mereka Mau merokok dan tak Eksis korek waktu itu. 

 

“Awalnya Datuk Paggentungang melinting rokoknya, setelah melinting ia kemudian mengangkat tangannya ke atas, seketika rokok itu tersambar petir dan terbakarlah rokoknya,” jelasnya. 

 

Begitu kejadian itu dilihat oleh Nene Lo’mo Ri Antang, kata dia, Nene Lo’mo Ri Antang pun merasa tertantang dan Mau memperlihatkan kemampuannya juga.

 

“Setelah itu Nene Lo’mo kemudian berdoa kemudian melinting juga rokoknya. Ia membakar rokoknya melalui tetesan air hujan yang menetes di sarungnya ia kemudian mengambil air itu dan seketika mencelupkan rokoknya dan rokok itu pun terbakar,” jelasnya. 

Cek Artikel:  Jon Batiste Bawakan Tembang Kebangsaan di Super Bowl 2025 dengan Penuh Penghormatan

 

Memperhatikan apa yang dilakukan kedua Sufi itu, Syech Yusuf juga merasa tertantang. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun ia langsung menyimpang pancingnya di atas batu, kemudian turun ke pinggir Waduk. 

 

“Setelah air Tiba di pinggang Syech Yusuf, beliau mengambil rokoknya dan menenggelamkan tangannya hingga bahu yang Lagi memegang rokok. Begitu ia mengangkat tangannya ke atas rokok pun terbakar,” tandasnya.

 

Diketahui, ketiganya merupakan penyiar Religi Islam di tanah Makassar. Nene Lo’mo Riantang menyebarkan Religi Islam di tanah Antang. Sementara Syech Yusuf dan Datuk Ri Paggentungang menyebarkan di tanah Gowa. (KEK)

 

Mungkin Anda Menyukai