Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Awal Pemerintahan Prabowo Diperkirakan Menantang dan Berat

Target  Pertumbuhan Ekonomi Awal Pemerintahan Prabowo Diperkirakan Menantang dan Berat  
Sejumlah industeri manufaktur terutama bidang pertekstilan tumbang, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal tidak terhindarkan terjadi di Jawa Tengah.(Akhmad Safuan/MI)

 

DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang berada di angka 5,2%. Menurutnya target tersebut sangat menantang dan juga berat diwujudkan saat awal pemerintahan Prabowo mengingat ketidakpastian global yang memengaruhi perekonomian nasional.

“Tapi saya tidak ingin itu tidak mungkin karena sebetulnya potensi Indonesia untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi bahkan sampai 6-7%  itu ada, asalkan dengan cara dan strategi yang tepat, yang membutuhkan terobosan, yang tidak business as usual, yang tidak sama dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebelumnya,” kata Faisal saat dihubungi, Selasa (17/9).

Baca juga : Tahan Laju Penurunan Jumlah Kelas Menengah, Pemerintah Tebar Insentif

Cek Artikel:  Alokasi KUR 2023 Tetap Tersisa Rp120 Triliun

Meskipun demikian Faisal menegaskan apabila pemerintahan Prabowo tetap menerapkan skema pendekatan ataupun kebijakan yang sama dilakukan oleh Presiden Joko Widodo diperkirakan target pertumbuhan ekonomi 5,2% sulit tercapai.

“Kita pernah memang sampai (pertumbuhan ekonomi) 5,3% di 2022 itu karena memang dorongan eksternal, bukan karena dorongan kebijakan yaitu dari harga komoditas yang melambung tinggi yang mempengaruhi ekspor dan surplus perdagangan dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi,” terang Faisal.

Ia menyebut untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai target, diperlukan perubahan pendekatan sektor-sektor tertentu sebagai daya ungkit. 

Baca juga : Bangsa Kembang Acuan Tinggi Menekan Kredit Rumah Tangga

“Bukan hanya menentukan sektor mana yang menjadi unggulan tapi cara untuk menyebarkan, mendistribusikan perekonomian, kesejahteraan dan mendorong daya beli masyarakat harus menggunakan strategi yang tepat,” tuturnya.

Cek Artikel:  Piala Dunia U-17 2023 Dongkrak Okupansi Hotel di Surabaya 10%

Menurutnya sektor-sektor utama seperti industri manufaktur dan pertanian harus menjadi unggulan. Alasan, itu menjadi penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (GDP) dan pertumbuhan ekonomi.

“Disamping itu juga penyedia lapangan kerja juga harus makin banyak, jadi dua sektor utama ini harus menjadi panglima,” tandasnya. (H-3)

 

Mungkin Anda Menyukai