Sanitasi dan Akses Air Rapi Kunci Primer Menjaga Stunting

Liputanindo.id – Sanitasi yang layak dan akses terhadap air bersih terbukti menjadi elemen penting dalam upaya pencegahan stunting pada anak-anak. 

Setidaknya hal itu yang disampaikan dalam kajian ilmiah Konsentrasi Kesehatan Indonesia (FKI) bertajuk “Memahami Stunting dari Inti.”

Studi ini menunjukkan, daerah dengan keterbatasan akses air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki infrastruktur sanitasi yang memadai.

Menurut Prof. Biru F Moeloek, Direktur Eksekutif FKI, keluarga yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan kualitas air minum rendah lebih berisiko memiliki anak yang mengalami stunting.

Berdasarkan data dari kajian FKI dan BKKBN menunjukkan risiko tersebut meningkat hingga 1,5 kali lipat di daerah dengan kondisi sanitasi yang kurang memadai. Hal ini diungkap melalui pendekatan systematic review dan community diagnosis yang digunakan dalam penelitian tersebut.

Cek Artikel:  Tips Jitu Menghadapi Konflik Orangtua dan Anak

“Kami menemukan memperbaiki sanitasi dan memastikan akses air bersih merupakan komponen kunci dalam pencegahan stunting. Intervensi nutrisi saja tidak cukup untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh,” ujar Prof. Biru di Jakarta, baru-baru ini.

Sanitasi dan air bersih kunci optimalkan tumbuh kembang si kecil

Sanitasi yang buruk meningkatkan kerentanan anak terhadap infeksi seperti diare, yang dapat memengaruhi penyerapan gizi dan memperparah kondisi malnutrisi.

Oleh karena itu, selain pemenuhan nutrisi, upaya memperbaiki sanitasi dan akses air bersih harus dijadikan prioritas dalam program pencegahan stunting.

Ini merupakan bagian penting dari menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Ray Wagiu Basrowi, yang juga terlibat dalam penelitian ini, menegaskan ada tiga faktor utama yang harus difokuskan untuk mencegah stunting dalam jangka panjang: pencegahan anemia melalui pemeriksaan dini dan pemberian tablet tambah darah, perbaikan sanitasi dan kualitas air minum, serta peningkatan layanan kesehatan bagi ibu hamil.

Cek Artikel:  Korea dan Jepang Jadi Destinasi Terkenal Gen Z saat Liburan ke Luar Negeri

Hasil studi menunjukkan anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lipat. Oleh karena itu, skrining anemia secara berkala dan pemberian asupan zat besi yang cukup selama masa kehamilan sangat diperlukan sebagai langkah preventif untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Stunting, atau kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari standar usianya akibat kekurangan gizi jangka panjang, masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia.

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 21,6 persen balita di Indonesia mengalami stunting, yang tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan kognitif dan produktivitas di masa depan.

Mengingat dampak jangka panjang stunting terhadap masa depan generasi muda, upaya pencegahan perlu dilakukan secara komprehensif.

Cek Artikel:  5 Zodiak Paling Taat pada Kekasih, Kekasihmu Termasuk?

Kolaborasi berbagai sektor, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta, diperlukan untuk memastikan bahwa akses air bersih dan fasilitas sanitasi tersedia di seluruh penjuru negeri, terutama di daerah terpencil.

Dengan langkah yang terkoordinasi, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat terus ditekan dan kesehatan anak-anak di masa mendatang dapat lebih terjamin.

Mungkin Anda Menyukai