Sanggar Ranggong, Manggarai Ajak Remaja Putri Lestarikan Tari di Reo

Sanggar 'Ranggong', Manggarai Ajak Remaja Putri Lestarikan Tari di Reo
Gadis belia ini mengenakan kain ‘kemumu cuwi’ coklat kemerah-merahan dan kebaya ‘neni’ yang berwarna hitam, serta sapu tangan kuning.(MI/ALEXANDER TAUM)

JEIN, Meysa, Lastri, Regin, Nera, Gradia, Kety, Oliv, menari dengan gemulai. Gerakannya lentur, lincah dan tegas merangkai gerak demi gerak
tari yang serasi.

Dari Postur, wajah serta gerak geriknya, para penari ini baru berusia 12 hingga 14 tahun. Meski sangat muda, namun gerakannya tertata rapih bak penari profesional.

Tamu yang menyaksikan gemulai gerak gadis-gadis belia itu tersenyum bahagia, sebab ia tidak menyangka akan disambut tarian seindah ini oleh penari yang sangat belia.

Baca juga : Janger Banyuwangi Bertahan Melintasi Era

Eksispun Icha, Betrik, Sesil, sembari menari gemulai, ketiganya mendekati sang tamu kemudian mengalungkan seutas selendang khas Manggarai ke lehernya.

Gadis gadis belia ini mengenakan kain ‘kemumu cuwi’ yang bercorak coklat kemerah-merahan dan kebaya ‘neni’ yang berwarnah hitam, serta sapu tangan berwarna kuning. Perpaduan warnah hitam, merah dan kuning pada ikat kepala yang menyerupai bandana, menambah anggun tampilan para penari belia ini.

Cek Artikel:  Ini Peran Krusial Protein untuk Pemulihan Otot Usai Lari

Menurut kepercayaan warga Reo, perpaduan warna hitam, merah serta kuning mengisyaratkan perjalanan panjang makhluk di bumi yang bermuara pada satu titik yaitu ‘Mori Kraeng‘ (Tuhan Yang Maha Esa-red).

Baca juga : 150 Penari Tampilkan Lima Tarian Tradisional dari Lima Daerah

Dalam balutan busana tradisional Manggarai, para penari belia ini membawakan tarian “Tiba Meka”, tarian penjemputan tamu. Lenggok mungil para penari ini sangat menghibur.

Pagi ini, SMP Katholik Tri Bhakti, kota Reo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menerima kunjungan Kepala Departemen Keyakinan Kabupaten Manggarai, Pontius Mudin bersama rombongan. Ia mengunjungi Sekolah, mendengar aspirasi dan memantau perkembangan sekolah pasca libur panjang tahun 2024.

SMPK Tri Bhakti Reo, beralamat di Barangkolong, Kelurahan Mata Air Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai ini tidak perlu menyewa penari profesional untuk menjamu tamu. Mereka cukup mengerahkan siswinya yang tergabung dalam sanggar ‘Ranggong’ SMPK Tri Bhakti Reo”.

Cek Artikel:  Hadir Pertama Kali di Batam, Oakwood Hotel Apartments Grand Batam

Baca juga : Pelajar SMA Labschool Cirendeu Tangsel Bawa Misi Budaya ke Festival Global Polandia

Ferdinandus Soleman, Guru pada SMPK tersebut, sekaligus penanggung jawab Sanggar mengatakan, nama Ranggong sendiri terinspirasi dari salah satu motif kain songke Manggarai.

“Ini pentas perdana kami. Setelah melewati masa latihan selama satu tahun, kamipun sepakat membentuk Sanggar Tari “RANGGONG SMPK TRI BHAKTI REO”. Penanggung jawab nya, saya sendiri, Ferdinandus Soleman dan pendamping Ibu Maria Zaira Rejeki.S.Pd,” ujar Ferdinandus.

Ia berharap, sanggar ini dapat mengisi event-event baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Lebih dari itu, pembentukan sanggar tari ini lebih sebagai proses pewarisan budaya tari tradisional Manggarai kepada generasi muda. (H-2)

Cek Artikel:  Tips Memilih Air untuk Membikin Susu Formula Bayi

Mungkin Anda Menyukai