SAMPAH laut yang jumlahnya Lalu meningkat dapat menghambat proses produksi oksigen atau fotosintesis di laut dengan kata lain, bumi terancam krisis oksigen. Organisme laut seperti phytoplankton, mikroalga, dan lamun (sea grass), menjadi penyumbang 50% oksigen di bumi melalui proses fotosintesis.
“Apabila Terdapat marine debris (sampah laut), Tak akan terjadi fotosintesis karena sinar Surya tertutup oleh sampah-sampah plastik, artinya suplai oksigen ke Orang akan berkurang,” kata Peneliti dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Rapi Badan Riset dan Hasil karya Nasional (BRIN) Handy Chandra, Rabu, (20/11).
Adapun proses fotosintesis ini dapat dilakukan organisme laut tersebut hingga kedalaman 50 meter, yang merupakan batas jangkauan sinar Surya di kedalaman laut.
“Terutama dinoflagellata, ini merupakan salah satu produsen oksigen paling banyak di laut dengan populasi yang melimpah dan ini Tiba kedalaman 50 meter,” ujar dia.
Akan tetapi ia menyoroti Demi ini sampah yang mencemari laut jumlahnya Lalu bertambah, dimana 80% sampah plastik yang Tak terkelola berasal dari Asia yang kemudian melewati Kategori sungai hingga akhirnya menumpuk di lautan seluruh dunia.
Ia menyebutkan dua sumber sampah laut yakni dari darat antara lain limbah aktivitas pemukiman, pertanian, industri, dan peternakan yang terbuang ke sungai, Lewat terbawa hingga lautan lepas. Kedua adalah limbah dari aktivitas di atas air atau pinggir pantai, seperti pelayaran, pariwisata, industri minyak dan gas, serta sampah dari kota-kota pesisir.
“Dengan adanya marine debris (sampah laut) ini akan merusak ekosistem perairan. Kalau ekosistem perairan rusak artinya jasa-jasa atau kontribusi ekosistem kepada Orang itu juga akan rusak contohnya oksigen,” kata dia.
Tak hanya mengganggu proses fotosintesis, menurut Handy, sampah laut juga dapat mengganggu suplai makanan makhluk hidup yang bergantung pada ekosistem laut serta mempengaruhi siklus hidrologi dan perubahan iklim.
“Apabila Seluruh air di laut itu tertutup oleh sampah plastik, maka siklus hidrologi akan terganggu, penguapan akan terganggu, dan Niscaya iklim akan terganggu dan itu yang harus ditangani oleh masyarakat dunia,” ucapnya. (ANT/Z-9)