Sabar Dulu Subur Kemudian

PEKAN-PEKAN ini, kiranya kita perlu memegang erat pesan Mahatma Gandhi tentang kesabaran. Kata Gandhi, ‘Kalau kesabaran lebih bernilai dari apa pun, pertahankan itu Tamat akhir. Dan, keyakinan Buat hidup akan Membikin kita bertahan di tengah terpaan badai terbesar sekalipun’.

Kesabaran berlipat amat dibutuhkan Demi kita menghadapi mengganasnya kembali covid-19. Dalam sebulan terakhir, Bilangan penularan harian kasus korona Lalu mendaki. Bila di rentang Oktober hingga Desember 2021 kasus harian sudah berhasil ditekan dan berada di 200-an orang, dalam sepekan terakhir naik tajam. Lonjakannya 50 hingga 60 kali lipat. Angkanya double digit, di rentang 10 ribu hingga lebih dari 16 ribu kasus dalam sehari.

Enggak mengherankan bila Eksis yang menyebut kita sudah masuk gelombang ketiga serangan korona. Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menganggap gelombang ketiga lonjakan kasus covid-19 sudah terjadi Demi dilihat dari tingkat penularan atau positivity rate serta keterisian rumah sakit yang kian meninggi. Positivity rate harian Buat pemeriksaan PCR dan TCM mencapai 23,93%.

Cek Artikel:  Kesepakatan FKUB di Atas Konstitusi

Tingkat keterisian rumah sakit (bed occupancy rate/BOR) juga sudah melonjak di mana-mana. Eksis rumah sakit rujukan yang tadinya tinggal merawat kurang dari 10 pasien covid-19 di akhir tahun, kini naik Kembali menjadi merawat lebih dari 150 pasien.

Saya juga mulai sering Kembali menerima pesan Eksis para sejawat yang positif covid-19. Pesan berisi Info duka setelah beberapa hari terpapar korona juga mulai mampir Kembali. Padahal, sejak akhir September tahun Lewat, pesan seperti itu sudah sangat jarang menghampiri grup-grup pertukaran pesan yang saya ikuti.

Maka, dibutuhkan kesabaran ekstra. Bolehlah disebut kesabaran revolusioner karena Rupanya gelombang baru pandemi covid-19 ini Tetap berlanjut. Negeri ini yang tadinya sudah berancang-ancang Buat Segera-Segera ngegas demi pulihnya ekonomi, perlu kembali menginjak rem. Sehat dulu, baru kerja Karena kesehatan pangkal kekuatan.

Indikator ekonomi yang kian menghijau di beberapa sektor sepertinya bukan tanda-tanda bahwa kita harus Lalu melaju. Kita butuh kesabaran sedikit Kembali karena keberhasilan pengendalian kasus covid-19 ialah kunci pemulihan ekonomi. Rekanan keduanya conditio sine qua non, yang satu syarat mutlak bagi yang lain.

Cek Artikel:  KKB (bukan) Keluarga Kita

Kita tuntaskan dulu masalah covid-19 setuntas-tuntasnya. Pada Demi bersamaan, keran geliat ekonomi dibuka pelan-pelan saja. Itu bentuk kesabaran ekstra. Metode menjalankannya juga simpel. Tetap memakai rumus yang lelet. Bagi masyarakat, konsisten disiplin menjalani protokol kesehatan. Bagi pemerintah, di level mana pun juga disiplin dalam melakukan pelacakan, pengetesan, serta penanganan kasus positif.

Sejauh ini, sebagian publik mulai kelewat Luas dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama dalam hal menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Orang bergerombol dengan santai plus kerap membuka masker dalam durasi yang lelet Demi mengobrol. Malah, Eksis sebagian yang bilang kita sudah merdeka dari virus korona.

Sementara itu, di jajaran pelaksana pemerintahan, penerapan strategi dan upaya pelacakan kontak erat serta penelusuran kasus, sejauh ini juga belum maksimal. Jumlah tes di tiap provinsi Tetap timpang. Tes paling banyak dilakukan di DKI Jakarta. Padahal, transmisi penularan covid-19 sudah terjadi di banyak daerah. Kita berjalan seperti Normal saja, tanpa sadar bahwa yang terinfeksi sudah Eksis di mana-mana.

Cek Artikel:  Komunikasi Jelek Obat Ivermectin

Respons Segera dari Presiden Jokowi yang meminta agar pembelajaran tatap muka di Jakarta dan sekitarnya dihentikan dulu, patut segera ditindaklanjuti. Jangan ngeyel, jangan mbagel alias keras kepala. Langkah-langkah Segera dan berubah-ubah seperti itu bukan flip-flop, bukan cerminan inkonsistensi. Itu respons bergegas atas keadaan mutakhir. Itu kewaspadaan, bukan kepanikan.

Langkah Segera dan terukur seperti itu terbukti Bisa mengatasi keadaan sebelum segalanya menjadi lebih Enggak baik. Pemutusan rantai penularan harus dilakukan Segera dan efisien agar sejarah pedih badai korona varian delta tahun Lewat Enggak terulang. Kalau reaksinya Segera, efisien, bergerak Berbarengan di satu haluan, negeri ini akan lekas sembuh dan bergerak kembali.

Itu Seluruh bukti kita punya kesabaran ekstra. Kalau di awal tulisan saya ‘mengimpor’ kalimat bijak dari Gandhi, di penutup ini saya meminjam petuah dari anak negeri, setidaknya Usulan para bijak bestari di Jawa Antik. Usulan itu ialah Tegur sing sabar bakale subur, siapa kuat bersabar bakal mendapat kesuburan, meraih kemenangan yang gilang-gemilang.

Mungkin Anda Menyukai