Rusia Akan Akhiri Moratorium Sepihak Atas Penempatan Rudal Menengah dan Pendek

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Foto: EFE-EPA

Moskow: Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengumumkan pada Minggu 29 Desember 2024 bahwa Moskow berencana Buat mengakhiri moratorium sepihak terkait penempatan rudal jarak menengah dan pendek. Langkah ini diambil sebagai respons atas kebijakan Amerika Perkumpulan yang dinilai mengancam stabilitas keamanan Dunia.

Melansir dari Anadolu Agency, Senin 30 Desember 2024, Rusia menegaskan bahwa moratorium yang telah berlangsung selama beberapa tahun kini dianggap Bukan Kembali relevan di tengah meningkatnya aktivitas militer AS.

Lavrov, dalam wawancara dengan kantor Informasi RIA, menyatakan bahwa keputusan ini dipicu oleh penolakan AS Buat mengindahkan peringatan dari Rusia dan Tiongkok.

Cek Artikel:  Gaya Pemukim Ekstremis Israel Ancam Kaum Tepi Barat Palestina

Menurut Lavrov, meskipun moratorium tersebut Tetap berlaku, tindakan AS yang Lanjut melanjutkan penempatan rudal di berbagai belahan dunia menunjukkan sikap yang arogan. Ia menekankan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah berulang kali menyampaikan bahwa Moskow akan merespons langkah ini dengan proporsional.

Lavrov juga menyinggung uji coba sistem hipersonik jarak menengah terbaru Rusia, Oreshnik, yang berhasil dilakukan dalam kondisi tempur. Uji coba tersebut, menurut Lavrov, membuktikan kemampuan Rusia dalam mengambil langkah-langkah kompensasi terhadap ancaman dari Barat.

“Rusia Bukan akan terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata dengan AS selama Washington Lanjut menjalankan kebijakan yang dianggap anti-Rusia,” ujar Lavrov.

“AS dan NATO akan menghadapi respons tegas Kalau mereka menciptakan ancaman baru terhadap Rusia,” imbuh Lavrov.

Cek Artikel:  Presiden Biden Tanggapi Serangan Mematikan di New Orleans pada Malam Tahun Baru

Traktat INF (Intermediate-Range Nuclear Forces) yang ditandatangani oleh AS dan Rusia pada 1987 melarang penempatan rudal nuklir dan konvensional berbasis darat dengan jarak menengah dan pendek. Tetapi, AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada 2019 dengan Dalih adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia.

Kebijakan terbaru ini menunjukkan bahwa ketegangan antara Moskow dan Washington Lanjut meningkat, dengan Rusia menegaskan kesiapan Buat menghadapi segala kemungkinan skenario demi menjaga kepentingan nasionalnya. (Muhammad Reyhansyah)

Mungkin Anda Menyukai