Rupiah Merosot 0,77% di Awal 2025 ke Level Rp16.256/USD

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Jakarta: Nilai Salin (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan awal tahun ini mengalami pelemahan cukup signifikan.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 2 Januari 2025, rupiah hingga pukul 09.30 WIB berada di level Rp16.256 per USD. Mata Fulus Garuda tersebut turun sebanyak 124 poin atau setara 0,77 persen dari Rp16.132 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar Fulus Ibrahim Assuaibi mengatakan, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru juga memberikan dorongan bagi dolar Amerika Perkumpulan (AS) karena kebijakannya berupa pelonggaran regulasi, pemotongan pajak, kenaikan tarif, dan pengetatan imigrasi dianggap pro-pertumbuhan dan inflasioner.

“Hal tersebut kemungkinan akan Membikin Federal Reserve Kagak memangkas Etnis Kembang dengan Segera tahun depan,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.

Bank sentral AS memproyeksikan hanya dua kali pemotongan Etnis Kembang sebesar 25 bp pada 2025 pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini awal bulan ini, dan pasar sekarang memperkirakan hanya Sekeliling 35 basis poin pelonggaran Kepada 2025.

Cek Artikel:  SIG Masuk Top 10 Emiten Rating ESG Terbaik di Asia Tenggara

“Rentang perdagangan kemungkinan akan ketat pada minggu yang terpengaruh liburan ini, dan Konsentrasi akan tertuju pada Bilangan pengangguran mingguan pada hari Kamis dan data PMI manufaktur ISM sehari kemudian, serta komentar dari Member FOMC Thomas Barkin,” papar dia.
 

 

Jumlah kelas menengah RI merosot

Sementara itu, jumlah kelas menengah di Indonesia tercatat Lalu mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13 persen proporsi masyarakat di Tanah Air.

Jumlah itu menurun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa atau setara 21,45 persen dari total penduduk. Artinya terjadi penurunan sebanyak 9,48 juta jiwa.

Cek Artikel:  Sarana Jaya Bangun Hunian untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Bersamaan dengan itu, data Grup masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20 persen dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22 persen dari total penduduk.

Adapun penyebab turunnya kelas menengah di Indonesia, mulai dari Pengaruh pandemi covid-19 yang menyebabkan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan sehingga Lalu menguras tabungan mereka, inflasi yang tinggi dan menurunnya pendapatan masyarakat Indonesia yang menyebabkan daya beli di masyarakat Indonesia mengalami penurunan.


(Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto)

Selain itu, program makanan bergizi gratis (MBG) yang digagas pemerintah Presiden Prabowo Subianto menyimpan potensi kebocoran anggaran hingga Rp8,5 triliun per tahun. Kebocoran terjadi karena model distribusi sentralistik berbasis vendor besar dan dapur Lumrah yang diusulkan pemerintah menjadi salah satu celah besar yang rentan terhadap inefisiensi dan korupsi.  

Cek Artikel:  Kolaborasi TikTok-Tokopedia Dongkrak Pergerakan Logistik Nasional

“Selain potensi kerugian finansial, skema sentralistik ini dinilai Mempunyai kelemahan sistemik yang memperbesar risiko korupsi. Minimnya transparansi dalam pengelolaan anggaran dan pengawasan yang Kagak memadai menjadi Unsur Primer yang Membikin model ini rawan terhadap penyalahgunaan Biaya,” tutur Ibrahim.

Menonton berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.

“Kepada perdagangan hari ini, mata Fulus rupiah fluktuatif Tetapi ditutup menguat di rentang Rp16.070 per USD hingga Rp16.150 per USD,” tutup Ibrahim.

Mungkin Anda Menyukai