RI Deflasi Lanjut, Sri Mulyani: Sesuai Cita-cita Pemerintah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: MI/Ramdani

Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai deflasi yang terjadi dalam lima bulan beruntun sesuai harapan pemerintah.

 

Itu karena faktor pendorong deflasi adalah penurunan pada komponen harga bergejolak (volatile price).

 

“Dalam hal ini kita menyikapi sebagai hal yang positif, terutama juga kalau dari sisi fiskal, kan kita menggunakan APBN fiskal itu, pertama untuk menstabilkan harga belanja kita untuk makanan, dalam bentuk bantuan bansos, dalam bentuk pemberian ayam, telur, beras waktu itu, itu adalah tujuannya untuk menurunkan beban,” kata Sri Mulyani dilansir Media Indonesia, Sabtu, 5 Oktober 2024.

 

Sri Mulyani menambahkan, deflasi yang terjadi turut mengonfirmasi keberhasilan pemerintah mengendalikan harga pangan yang sempat bergejolak dan melejit ke atas.

Cek Artikel:  Bahlil Minta Penambang Tak Abai Perhatikan Pengelolaan Pascatambang

 

Ketika itu, inflasi volatile price cukup tinggi dan berpengaruh signifikan pada tingkat inflasi umum.
 


Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: MI

 

Melalui berbagai kebijakan pemerintah, kata dia, inflasi volatile price dapat ditekan dan menyebabkan tingkat inflasi umum melandai atau bahkan deflasi secara bulanan. Upaya pengendalian harga pangan itu juga disebut berdampak ke daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

 

“Terutama kelompok menengah bawah, di mana pangsa atau peranan dari makanan, pengeluaran untuk makanan itu paling besar. Jadi kalau harga pangan stabil atau bahkan menurun, karena waktu itu memang sempat meningkat, itu adalah hal yang positif,” jelas perempuan yang karib disapa Ani tersebut.

Cek Artikel:  Ketua MPR Desak Polri Ungkap Sindikat Dana Palsu

 

Sementara kekhawatiran sejumlah pihak soal daya beli yang melemah, pemerintah, kata Ani, belum perlu melakukan intervensi. Itu karena daya beli masyarakat dapat dilihat dari pergerakan inflasi inti. Sejauh ini, komponen inti dinilai masih cukup positif.

 

“Dia (inflasi inti) sekitar dua persen tidak terlalu tinggi. Ini artinya demand masih tinggi. Kita perlu untuk meneliti apakah itu merefleksikan demand, berarti ekonominya masih tumbuh dan memang tumbuhnya sekitar lima persen, itu adalah hal yang bagus,” kata Ani.

 

“Tentu yang difokuskan adalah kelompok yang paling penting dan miskin. Jadi itu adalah sesuatu yang kita akan terus selain fiskal juga memberikan reward kepada daerah-daerah yang berhasil menstabilkan inflasinya pada level yang rendah, karena itu penting untuk masyarakat,” tutur Ani.

Cek Artikel:  Harga Emas Antam Turun Jadi Rp1,310 Juta Per Gram

Mungkin Anda Menyukai