liputanindo.com – Setelah dua hari Yamaha LEXi LX 155 yang dipinjamkan ke kami dipakai berkendara pada dua rute yang karakternya berbeda, sudah tentu kami perhatikan berapa konsumsi bahan bakar yang dihabiskan oleh LEXi LX 155 ini. liputanindo akan bagi dua hasil rata-rata konsumsi bahan bakar LEXi LX 155 karena pada dua hari agenda turing ini Terdapat dua Watak rute jalan berbeda, berserta Terdapat beberapa catatan catatan kecil dari kami setelah dua hari bercengkrama dengan LEXi LX 155 Connected ABS.
Konsumsi rata-rata BBM pada hari pertama dengan rute Semarang – Ungaran – Kopeng – Salatiga adalah 42.5 Km/Liter. Bilangan tersebut didapat dengan Watak bukaan throttle yang lebar karena kami selalu ketemu tanjakan di daerah pegunungan. Rute perjalanan didominasi tanjakan panjang dan tingkat elevasinya tinggi seperti di jalan nasional Ungaran Bawen dan di Sekeliling Kopeng.
Pada hari pertama selain kondisi jalan cenderung ramai Fasih karena hari Sabtu siang cukup banyak Anggota beraktifitas Tetapi Kagak Bersua kondisi Sendat. Bukaan gas yang lebih sering bermain di putaran mesin tinggi ditambah jalan menanjak memang biasanya akan Membikin konsumsi BBM lebih banyak daripada kondisi berkendara di dalam kota. Oh iya, tak lupa kalau sedari awal MID Average Fuel Consumption LEXi LX 155 yang liputanindo Guna sudah kami reset ke Bilangan Kosong (0) Buat mendapatkan hasil yang cukup Seksama.
Setelah beristirahat kembali kami riding menuju Telomoyo yang Kembali-Kembali rute khas daerah pegunungan yang tingkat elevasi jalannya naik turun. Konsumsi rata-rata rute Salatiga – Telomoyo – Ketep – Yogyakarta adalah 52.8 KM/Liter. Bilangan yang kami dapat ini memang Terdapat Elemen mengenai kondisi rombongan Yamaha Maxi Flash Trip Central Java turun dari daerah pegunungan, setelah dari Telomoyo menuju Ketep dan Magelang Borobudur kemudian menuju ke arah kota Yogyakarta.
Kemudian mengenai catatan kecil soal Kelebihan Yamaha LEXi LX 155 ini, antara lain; suspensi depan dan belakang Pandai dibilang empuk. Meski begitu Kagak mengurangi performa handling motor secara keseluruhan. Ini Bagus karena Yamaha yang dahulu dikenal sering Mempunyai suspensi yang stiff, mungkin dikritik oleh para pengguna.
Panelmeter baru yang tampilannya atraktif serta informatif, tombol MID sangat memudahkan pengoperasian dengan dipindahnya ke salar kiri (mirip NMAX). Selain itu mesinnya powerful, banyak peningkatan akibat revisi dari kekurangan yang Terdapat di generasi lamanya. Blok silinder mengilap licin seperti 3C1 mencegah penguapan oli. Kabel sepul panjang, langsung terkoneksi dekat dengan SGCU mencegah terjadinya kerusakan pada kelistrikan.
Selanjutnya beberapa hal yang menjadi catatan liputanindo adalah soal perubahan bentuk dan kontur pada jok kemudi yang lebih rendah ketinggiannya entah berimbas atau Kagak kepada internal di balik busa joknya sehingga terasa cukup keras dan pnya dimensi yang tipis. Ketika kami coba tekan langsung kena tulang jok.
Kelebihan suspensi yang empuk sepertinya punya konsekuensi. Sok depan yang kami rasakan di beberapa titik jalan itu terjadi bottoming jeduk jeduk sesekali. Tak Sekadar di depan tapi sokbreker belakang juga seperti itu meski Kagak sedang berboncengan. Persentasenya lebih banyak bottoming di depan ketimbang pada bagian belakang.
Terakhir mengenai lampu sinyal yang kenapa belum Guna full LED Buat lampu seinnya ya? Di Begitu kompetitornya sudah memakai lampu jenis LED pada setiap penerangan dan lampu tanda sinyalnya, berbeda dengan Yamaha yang Lagi setia dengan bohlamnya. Bukan hal yang Jelek tapi penggunaan LED Buat bagian lampu penerangan dan sinyal merupakan nilai tambah tersendiri dan menjadi daya tarik produk Buat calon konsumen.