PENUMPUKAN sampah terjadi di beberapa titik DI Area Kabupaten Bandung Barat. Apabila kondisi ini Lanjut dibiarkan, ancaman darurat sampah kemungkinan besar Pandai kembali terjadi.
Salah satunya terpantau di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jalan Raya Gedong Lima Padalarang. Restriksi pengangkutan ke TPA Sarimukti Membangun sampah jadi menggunung.
Kepala UPT Kebersihan pada DLH Bandung Barat, Imam Fauzi mengakui, tumpukan sampah di sana lantaran Restriksi kuota ke TPA Sarimukti. Setiap harinya, puluhan truk pengangkut sampah transit ke tempat ini sebelum nantinya dibuang ke Sarimukti.
“Sampah ditampung dulu baru nanti dibuang ke TPA sesuai dengan jumlah ritase yang ditentukan. Awalnya Berkualitas-Berkualitas saja Bukan Terdapat tumpukan, tapi semakin Lamban karena volume sampah yang datang dengan yang dibuang ke TPA tak sebanding makanya makin menumpuk,” ujarnya, Rabu (5/2).
Ia menjelaskan, Ketika ini Pemkab Bandung Barat melalui DLH sedang mengajukan tambahan sebanyak 23 ritase dari 17 ritase yang diperbolehkan kepada Pemprov Jawa Barat agar penanganan sampah Pandai teratasi.
“Kita sedang upayakan agar Terdapat penambahan ritase, minimal seperti Kabupaten Bandung 40 ritase. Sudah diajukan penambahan itu,” ujarnya.
Berdasarkan hitung-hitungan, ia menyebutkan, sampah yang belum diangkut di UPT Kebersihan Ketika ini mencapai 750 ton. Jumlah itu tentu jauh dengan total sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti yakni sebanyak 17 ritase atau rata-rata 90-100 ton. Sementara sampah yang dihasilkan masyarakat Bandung Barat sebanyak 150 ton sehari.
“Jauh perbandingannya, jadi sisanya ditampung ke sini. Terdapat juga yang dikelola atau Guna mesin pencacah. Di kita Terdapat empat mesin dengan maksimal 1 mesin 10 ton. Tapi itu Lagi kurang, karena itu kita coba ajukan penambahan ritase,” ungkapnya.
Posisi penampungan sampah sementara di UPT Kebersihan yang berdekatan dengan sekolah sangat mengganggu kenyamanan. Seorang Kaum, Farida mengaku mencium bau yang sangat menyengat dari timbunan sampah. Hal ini tentu Pandai mengancam kesehatan, terutama siswa.
“Sering terasa baunya Tiba sini. Apalagi kalau beres hujan makin tercium. Khawatir mengganggu kesehatan anak-anak,” kata Farida.