Liputanindo.id YERUSALEM – Memasuki Jumat ke-17 agresi Israel di Palestina, Masjid Al Aqsa nyaris kosong akibat pembatasan oleh Israel yang melarang puluhan ribu Muslim Palestina melaksanakan salat Jumat disana.
Sebelumnya, sebanyak 13 ribu orang diizinkan memasuki masjid tersebut untuk melaksanakan salat, dibanding sebelumnya dimana 50 ribu orang dapat melaksanakan salat Jumat, menurut pejabat Departemen Wakaf Islam di Yerusalem.
Baca Juga:
Spanyol dan Mesir Dukung Gencatan Senjata Gaza, Akhiri Penderitaan Anggota Sipil
Para saksi mengatakan kepada Anadolu bahwa masjid terlihat nyaris kosong dari umat Muslim karena pembatasan oleh Israel.
Selain itu, dilaporkan Antara, polisi telah menerapkan pembatasan memasuki Masjid Al-Aqsa sejak dimulai perang di Gaza pada 7 Oktober, namun mereka secara ketat melarang masuk pada Jumat.
Polisi memasang penghalang di pintu masuk ke Kota Uzur dan gerbang lain Masjid Al-Aqsa dan hanya mengizinkan warga lanjut usia untuk masuk. Restriksi oleh Israel ini memaksa ratusan umat melaksanakan ibadah di jalan-jalan dekat Kota Uzur.
Menurut saksi, polisi Israel mengerahkan pasukan secara signifikan di tempat-tempat ibadah.
Khawatir Meluas ke Rafah
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Antonio Guterres menyatakan ‘sangat’ khawatir atas kemungkinan meluasnya serangan militer Israel ke wilayah Rafah di Jalur Gaza selatan, demikian menurut Stephane Dujarric, juru bicara Guterres pada Jumat (2/2/2024).
“Kami telah melihat dampaknya terhadap warga sipil atas tindakan di Khan Youni, tidak hanya warga sipil tetapi juga dampaknya terhadap fasilitas kami ketika wilayah itu diserang.”
“Terang saja, sejak dimulainya serangan darat, banyak pergerakan warga menuju selatan,” jelas ujarric kepada wartawan di New York.
Dia menambahkan bahwa terdapat populasi yang “lebih padat” di wilayah selatan dan orang-orang hidup dalam kondisi yang “mengerikan” di sana.
“Jadi hal ini sangat mengkhawatirkan,” tambah dia.
Rafah saat ini menjadi tempat tinggal bagi separuh penduduk Gaza yang telah mengungsi akibat perang dan Rafah juga menjadi rute utama bantuan kemanusiaan bagi 2,2 juta orang yang sangat membutuhkan.
Israel telah memberlakukan pembatasan ketat bagi jemaah sejak meluncurkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober dimana Israel mengatakan 1.200 warganya tewas.
Setidaknya 27.131 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 66.287 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina. (IRN)
Baca Juga:
Senator AS Bernie Sanders Dukung ICC Tangkap PM Israel