Liputanindo.id – Mantan Ketua Pengurus Kawasan Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar merespons isu dilambungkannya namanya di bursa Pilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2024.
Bahkan, namanya disebut sebagai kuda hitam yang akan menantang calon petahana Khofifah Indar Parawansa. PKB Jawa Timur pun berpeluang besar mengusung KH Marzuki maju Pilgub Jatim pada 27 November mendatang.
Selain itu, munculnya nama KH Marzuki juga mencuat karena hasil survei yang dilakukan Accurate Research And Consulting Indonesia (ARCI) pada simulasi tertutup.
Terdapat tiga nama yang tertinggi elektabiltasnya maju Pilgub Jatim yakni Khofifah dengan 49,3 persen. Diikuti Kiai Marzuki dengan 20,5 persen dan Ketua Gerindra Jatim Anwar Saddad di urutan ketiga sebesar 17,7 persen.
Menanggapi itu, KH Marzuki mengaku belum Mempunyai niatan Kepada maju di kontestasi Pilgub Jatim 2024. Ia menyebut dirinya hanya Mau Konsentrasi mengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad dan mengajar di kampus.
“Kalau kami ya enggak Terdapat (niat maju di Pilgub Jatim),” kata KH Marzuki, kepada awak media, Jumat (17/5/2024).
Meski begitu, KH Marzuki menilai survei tersebut adalah bentuk aspirasi masyarakat Jatim. Ia Enggak Mempunyai kontrol atas apapun yang terjadi dan mempersilahkan
“Kami enggak memaksa orang (memilihnya dalam survei), kami juga enggak mau melarang orang, kami hidup Wafat di Jatim,” ucapnya.
Ia juga menegaskan dirinya Enggak Mau berkamuflase ataupun menghalangi Kaum Jatim Kepada memberi hak memilih pemimpin di Pilgub Jatim.
“Dari dulu Watak kami memberi kebebasan, monggo mau bersuara apa, punya cita-cita apa, mau punya aspirasi kaya apa itu haknya orang Jatim,” katanya.
Selain itu, KH Marzuki memastikan dirinya tak mengintervensi survei tersebut. Alasan bila hal itu tak sesuai dengan hati masyarakat, bakal Terdapat konsekuensi yang akan terjadi.
“Kalau kami main paksa, main perintah, nggak cocok dengan hati, nanti pengajian juga kena portal ke mana-mana, musuhe wong akeh (Enggak disukai orang banyak),” tambahnya.
Lebih lanjut di sisi lain, KH Marzuki menilai survei semacam itu memang perlu dilakukan. Tujuannya Kepada memetakan kondisi politik beserta memprediksi dinamikan yang bakal terjadi.
“Setidaknya dari situ Dapat mengetahui, pemimpin seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat. Meskipun Apabila nantinya, orang atau tokoh yang disebut Enggak maju dan turut berkompetisi dalam pemilihan,” pungkasnya.