Jakarta: Kebijakan terbaru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menuai polemik. Perkumpulan Karyawan Garuda Indonesia melayangkan protes keras terhadap keputusan direksi yang merekrut 14 mantan karyawan Lion Air ke dalam manajemen.
Keputusan ini dinilai Kagak transparan, berpotensi melanggar prinsip Good Corporate Governance (GCG), serta menimbulkan ketidakadilan bagi karyawan internal.
Perkumpulan karyawan yang terdiri dari Asosiasi Pilot Garuda (APG), Perkumpulan Karyawan Garuda Indonesia (SEKARGA), dan Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) menyatakan rekrutmen ini mengabaikan SDM internal yang telah lelet mengabdi bagi perusahaan.
Pada 5 Maret 2025, Perkumpulan karyawan Formal mengirimkan surat kepada Direktur Istimewa Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan. Mereka menuntut agar 14 eks Lion Air tersebut dinonaktifkan. Tetapi, hingga Demi ini Kagak Eksis tanggapan dari manajemen.
Menurut Perkumpulan karyawan, rekrutmen ini Kagak hanya dilakukan secara tertutup, tetapi juga menciptakan potensi konflik kepentingan.
“Kami mempertanyakan dasar keputusan ini. Apakah Cocok-Cocok Kepada kepentingan perusahaan atau Eksis agenda lain?” ucap Presiden Asosiasi Pilot Garuda dan juga Ketua Sekretariat Serempak Capt. Ruli Wijaya, dikutip dari pernyataan tertulis, Kamis, 20 Maret 2025.
(Ilustrasi Garuda Indonesia. Foto: Garuda Indonesia)
Saham merosot, kepercayaan publik menurun
Selain memicu ketegangan internal, polemik ini juga berdampak langsung pada pasar. Pada 18 Maret 2025, saham Garuda Indonesia anjlok ke Rp33 per lembar, level terendah dalam sejarahnya. Kepercayaan investor dan publik terhadap maskapai nasional ini semakin tergerus.
Perkumpulan karyawan mendesak direksi segera bertindak transparan dan menghentikan kebijakan yang berpotensi merusak stabilitas perusahaan.
“Garuda harus kembali kepada prinsip profesionalisme, bukan kepentingan Grup tertentu,” tegas salah satu perwakilan Perkumpulan.