REI Jawa Barat Sambut Dukungan Likuiditas Rp80 Triliun Program 3 Juta Rumah dari BI

REI Jawa Barat Sambut Dukungan Likuiditas Rp80 Triliun Program 3 Juta Rumah dari BI
REI Jawa Barat menggelar Seminar Perpajakan Property, Training Coretax, di Bandung.(MI/SUMARIYADI)

PENGUSAHA properti di Jawa Barat menyambut dukungan likuiditas Program 3 Juta Rumah dari Bank Indonesia sebesar Rp80 triliun.  

Dukungan itu akan Membangun pengembang bersemangat Kepada membangun perumahan dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Kepada masyarakat berpenghasilan rendah.

“Dengan dukungan pendanaan dari Bank Indonesia, kami optimistis Dapat membangun sebanyak 300 ribu rumah FLPP pada 2025. Kebijakan ini sangat mendukung upaya pembangunan perumahan murah dengan kuota Enggak terbatas,” ungkap Ketua Persatuan Perusahaan RealEstat Indonesia (REI) Jawa Barat, Norman Nurdjaman, di sela penyelenggaraan Seminar Perpajakan Property, Training Coretax, di Bandung, Rabu (12/2).

Dia mengungkapkan, pada 2024 Lewat, pengembang di Jawa Barat Bisa menyelesaikan pembangunan perumahan dengan FLPP sebanyak 220 ribu unit. Jabar mendapat kuota 160 ribu unit, tapi Eksis penambahan 60 unit.

Cek Artikel:  Masa Tenang, KPU Kota Tasikmalaya Copot dan Turunkan Ribuan APK

Pada 2025, Eksis kebijakan baru Enggak Eksis Restriksi pembangunan perumahan dengan FLPP. Ditambah dengan dukungan likuiditas dari Bank Indonesia sebesar Rp80 triliun, menjadi kesempatan pengembang Kepada melakukan kerja lebih besar.

Tetapi, Norman menambahkan, pengembang di Jawa Barat Tetap menghadapi kendala Kepada membangun rumah. Salah satunya proses perizinan yang membutuhkan waktu sangat panjang.

“Kepada menuntaskan Sekalian perizinan di Sekalian Derajat, pada umumnya pengembang membutuhkan waktu hingga 11 bulan. Sangat panjang dan menjadi kendala besar bagi kami,” lanjutnya.

Menurut dia, para pengembang di Jawa Barat biasanya Bisa membangun perumahan dengan jumlah mencapai 28%-30% dari total pembangunan perumahan secara nasional. Dengan fasilitas dan kemudahan perizinan, backlog perumahan di Jabar yang setiap tahunnya bertambah Sekeliling 500 ribu, diproyeksikan Dapat dikurangi.

Cek Artikel:  Telkom Corpu Dukung Digitalisasi Industri Minyak dan Gas di Indonesia

Pada kesempatan itu, Norman juga mengungkapkan, pada 2024 bisnis properti sangat terpengaruh dengan adanya deflasi ekonomi yang mencapai 2% lebih. Tahun ini, dengan warisan deflasi itu, tantangan besar Tetap menghadang sektor ini.

“Tapi, kita Tetap optimistis, meski kondisi pasar Tetap gonjang-ganjing, market perumahan tetap Eksis, meski Eksis penurunan. Salah satunya, kita menunggu road map Kementerian Perumahan Kepada pengembangan perumahan di masa mendatang,” tandasnya.


Coretax

 

Di sisi lain, terkait penyelenggaraan seminar soal Coretax, Norman mengungkapkan kemampuan Member REI dalam sistem baru perpajakan, khususnya perpajakan properti harus ditingkatkan. Mereka Tetap banyak menemukan masalah ketika menjalankan sistem Coretax.

“Pemahaman Member REI atas Coretax belum seragam. Tetap Eksis yang belum paham, Separuh paham, tapi Eksis juga yang Spesialis. Kami berupaya supaya semuanya Dapat memahami sistem ini dengan Bagus,” tandasnya.

Cek Artikel:  Pekan Teh Rakyat 2024 di Kota Bandung Angkat Teh Hijau Indonesia

Sementara itu, Kepala Seksi Penyuluhan Ditjen Pajak Jawa Barat Inayanti Hariyani menyatakan Coretax merupakan transformasi pembaruan sistem administrasi perpajakan yang memberi kemudahan bagi penggunanya.

“Dulu banyak sistem yang digunakan Kepada pembayaran hingga pelaporan. Sekarang dengan Coretaz semuanya terangkum dalam satu aplikasi,” lanjutnya.

Coretax, tambah dia, juga menerapkan sistem tranparansi. Dengan aplikasi ini Sekalian pihak mendapat transparansi dan berkeadilan Kepada Sekalian wajib pajak.

 

Mungkin Anda Menyukai