
BAND Reality Club merilis single terbaru berjudul Not Today. Band yang digawangi Fathia Izzati (vokal), Faiz Novascotia Saripudin (gitar, vokal), Nugi Wicaksono (Bass), Era Patigo (Drummer) itu merilis Tembang barunya bertepatan dengan hari ulang tahun Era yang juga merupakan pencipta Tembang tersebut.
Dalam keterangan pers yang diterima, Era bercerita Tembang ini terinspirasi berdasarkan pengalaman pribadi yang sempat mengalami titik terendah dalam hidupnya.
“Jadi Tembang ini Diriku buat dari pengalaman sendiri, pas Kembali di masa suicidal. Masa itu Diriku sangat kalut, depresi. Diriku Kembali di mental state yang bikin enggak Pandai Menyantap Sinar di depan,” ujar Era, Senin (9/12).
Masa itu terjadi di 2021. Di tengah pandemi yang Membikin Segala nyaris berhenti, Era turut masuk ke dalam masa kelabu. Awalnya dia berpikir ini hanyalah bad mood. Tetapi dari hari ke hari, pikiran Demi mengakhiri hidup semakin kencang. Muncul banyak pertanyaan yang berkelebat di kepala ‘Is it today? Is it tomorrow?’.
Berhasil Era punya support system yang solid. Keluarga dan rekan-rekannya di Reality Club hadir di masa suram itu. Era juga meminta Sokongan profesional dengan melakukan konseling, ia lantas menyadari bahwa sebenarnya masalah depresi dan suicidal thoughts ini sudah hadir sejak SMP. Ketika itu, Era belum Mengerti Metode penanganannya, pikiran-pikiran Jelek ini Lalu merayap dan membesar hingga masa kuliah.
Pada masa yang Era sebut sebagai penuh tekanan, dia kerap berpikir bahwa mengakhiri hidup adalah satu-satunya Metode menyelesaikan Segala. Metode berpikir ini Lalu terbawa hingga Era bermusik Serempak Reality Club, dan suicidal thought senantiasa muncul tiap Eksis kesulitan atau tantangan hidup.
Medio 2021, di tengah penggarapan album ketiga Reality Club, Era memutuskan menulis lirik dan musik Not Today. Di luar dugaan, proses penulisan Tembang berjalan mulus, Sekeliling 70% struktur Tembang berhasil diciptakan dalam waktu singkat. Menurut Era, proses penulisan Tembang ini menjadi bagian Krusial dalam proses healingnya.
“Diriku merasa Tembang ini menyelamatkan. Ini Tembang yang menyelamatkan penulisnya sendiri,” kenang Era.
Karena ditulis berdasarkan pengalaman personal, Era menjadikan Tembang ini layaknya sebuah pengalaman filmis menjalani naik turun kesehatan jiwanya. Di bagian awal Tembang, liriknya mengisahkan keputusasaan dan seolah Bukan Eksis kirana di depan sana.
Dari sana, scene beralih ke tahap realization. Era menyadari bahwa Eksis banyak orang yang berjuang Demi hidup, tapi dia malah Mau mengakhirinya. Perubahan pola pikir ini menghasilkan kesadaran bahwa mengakhiri hidup bukanlah jalan terbaik, masa depan dan esok hari Tetap mungkin memberikan Sinar.
“Di bagian akhir, Diriku menuliskan sesuatu yang sangat sangat personal. Merukapan ketika menyadari bahwa tantangan itu adalah indahnya hidup. Eksis keindahan dalam struggling. Dari sini Diriku Pandai Menyantap cahayanya, Pandai Menyantap keindahan hidup. There’s a glimmer of hope, a newfound determination to persevere through the challenge,” tutur Era.
Lewat Tembang ini, dia berharap Pandai memeluk Segala yang sedang Eksis dalam titik terendah. Bukan Demi menjadi Messiah, melainkan Demi jadi Kawan yang selalu Eksis dan setia mendengarkan setiap cerita dan kesedihan.
“Tembang ini pernah menyelamatkanku, dan Diriku harap Pandai menjadi Kawan bagi mereka di luar sana. One soul at a time,” pungkasnya.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Kalau Anda merasakan Kecondongan Demi melakukan bunuh diri atau Menyantap Kawan atau kerabat yang memperlihatkan Kecondongan tersebut, amat disarankan Demi menghubungi dan berdiskusi dengan pihak profesional, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.(M-2)