Analis Timur Tengah Hasibullah Satrawi menyebut rakyat Timur Tengah belum terbiasa dengan demokrasi. Hal itu disampaikan menanggapi soal masa depan Penduduk Suriah pasca-tergulingnya Presiden Bashar al-Assad.
“Paling Kagak kita belajar dari pengalaman Arab Spring pada tahun 2011, di mana kita Mengerti beberapa negara sudah berhasil melengserkan para diktator mulai dari Tunisia, Mesir, dan Libya. Kita Mengerti negeri-negeri ini Tamat sekarang belum juga mencapai suatu keadaan yang ideal, terkecuali mungkin Tunisia, ” kata Hasibullah dalam tayangan Metro Hari Ini, Liputanindo, Kamis, 12 Desember 2024.
Hasibullah mengaku sempat diundang ke Tunisia. Menurutnya, perkembangan demokrasi di Tunisia belum terlihat meskipun Lagi Terdapat Asa.
“Saya Ingin mengatakan walaupun ini sudah berhasil menggulingkan Bashar al-Assad, ini Kagak kemudian bim salabim akan terbentuk masa depan yang lebih Bagus atau paling Kagak 12 hari Assad tumbang, Lewat 12 hari akan mencapai kehidupan yang surgawi,” ujar Hasibullah.
“Ini Lagi banyak perjuangan-perjuangan yang yang Niscaya butuh pengorbanan, butuh komitmen, terutama dari para elite dan pimpinan,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Ibu kota Damaskus direbut pemberontak setelah Kota Homs berhasil dikuasai mereka pada Sabtu kemarin, setelah kurang dari 24 jam berlangsungnya pertempuran.
Ribuan Penduduk Suriah mulai menari dan meneriakkan “Assad lengser, Homs bebas” dan “Hidup Suriah dan hancurkan Bashar al-Assad” setelah Laskar pemerintah meninggalkan kota tersebut.
Assad disebut para pemberontak telah melarikan diri dengan pesawat ke destinasi yang belum diketahui. Rezim Assad tumbang usai pemberontak yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan operasi penyisiran Segera di sejumlah Area Suriah sejak 27 November.