Liputanindo.id – Raja Maori Selandia Baru, Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII meninggal dunia dalam usia 69 tahun.
“Meninggalnya Kiingi Tuheitia adalah momen kesedihan yang mendalam bagi para pengikut Te Kiingitanga, Maoridom, dan seluruh bangsa,” kata juru bicara Rahui Papa, dikutip Reuters, Jumat (30/8/2024).
Sebelum dinyatakan meninggal dunia, Kiingi Tuheitia menggantikan ibunya, Ratu Dame Te Atairangikaahu, pada tahun 2006.Tuheitia sempat menjalankan perawatan di rumah sakit setelah menjalani prosedur operasi jantung beberapa hari setelah merayakan ulang tahun ke-18 penobatannya.
Kiingi Tuheitia menggantikan ibunya, Ratu Dame Te Atairangikaahu, pada tahun 2006.
Menurut Radio Selandia Baru, peran raja Maori tidak harus bersifat turun-temurun dan pemimpin baru akan ditunjuk oleh kepala suku yang terkait dengan Gerakan Raja pada hari pemakaman Kiingi Tuheitia sebelum ia dimakamkan.
Raja Maori dianggap sebagai kepala suku tertinggi dari beberapa suku, atau iwi, tetapi tidak berafiliasi dengan semuanya. Peran raja tidak memiliki kewenangan hukum atau yudisial di Selandia Baru dan sebagian besar bersifat seremonial.
Gerakan Raja, atau Kiingitanga, bermula pada tahun 1858 dalam upaya untuk menyatukan suku-suku asli Selandia Baru di bawah satu pemimpin untuk memperkuat perlawanan mereka terhadap kolonialisme.
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa negara itu berduka atas hilangnya Kiingi Tuheitia.
“Komitmennya yang teguh kepada rakyatnya dan upayanya yang tak kenal lelah untuk menegakkan nilai-nilai dan tradisi Kingitanga telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada bangsa kita,” katanya.
Jacinda Ardern, mantan perdana menteri Selandia Baru, mengatakan Kiingi Tuheitia telah menjadi pendukung Maori, untuk keadilan dan kemakmuran.
Media setempat melaporkan bahwa ia sekarang akan dibawa ke tempat pertemuan di rumahnya, Turangawaewae marae, dan tangihanga, atau upacara pemakamannya, diperkirakan berlangsung setidaknya lima hari.