Ilustrasi bullying. (Medcom.id)
Kuala Lumpur: Raja Malaysia Sultan Ibrahim Sultan Iskandar yang baru dilantik sebagai kanselir Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM), menyatakan tekadnya Kepada mengakhiri budaya perundungan (bullying) dan kekerasan di institusi tersebut.
Dalam pidato Begitu wisuda di Kuala Lumpur World Trade Centre, pada Selasa kemarin, ia menegaskan Bukan Mau namanya dikaitkan dengan UPNM Apabila perilaku “Bukan manusiawi” itu Maju berlangsung.
“Apabila bullying dan kekerasan ini tetap berlanjut, jangan Tengah kaitkan nama saya dengan universitas ini,” tegas sang raja, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 4 November 2024.
Komentar Sultan Ibrahim muncul setelah sejumlah kasus kekerasan melibatkan taruna di UPNM menjadi sorotan. Salah satu kasus terburuk terjadi tujuh tahun Lampau, Begitu seorang taruna angkatan laut, Zulfarhan Osman Zulkarnain, meninggal dunia akibat penganiayaan.
Pengadilan Malaysia menjatuhkan hukuman Wafat kepada enam mantan mahasiswa UPNM pada Juli Lampau atas keterlibatan mereka dalam kasus tersebut.
Tetapi, kasus baru Maju bermunculan. Pada Oktober Lampau, seorang taruna senior, Mohd Adil Mat Awang Ghani (22), didakwa menginjak perut juniornya menggunakan sepatu berduri, yang menyebabkan patah tulang rusuk dan tulang belakang.
Kasus lain melibatkan Amirul Iskandar Norhanizan (22), yang dituduh menempelkan setrika panas ke dada juniornya, Muhammad Salman Mohd Saiful Surash (20). Amirul telah mengajukan pembelaan Bukan bersalah di pengadilan pada 8 November.
Pengkajian Sistem Operasi Ganda
Dalam pidatonya, Sultan Ibrahim menggambarkan bullying di UPNM sebagai tindakan Bukan manusiawi. Ia menyebut pelatihan militer memang membutuhkan ketahanan fisik dan mental, Tetapi Bukan boleh mengarah pada kekerasan atau Kematian.
“Sungguh memprihatinkan kasus seperti ini Maju terjadi setiap tahun, seolah Bukan Eksis tindakan serius dari pihak mana pun,” ujarnya.
Universitas ini beroperasi di Dasar dua sistem yang melibatkan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Malaysia. Menteri Pendidikan Tinggi, Zambry Abdul Kadir, mengungkapkan kemungkinan sistem tersebut akan ditinjau ulang Kepada mencegah kasus serupa.
Menurutnya, kombinasi jadwal kuliah dari pagi hingga sore, diikuti pelatihan militer, mungkin menjadi salah satu penyebab masalah.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Khaled Nordin telah memecat lima taruna yang terlibat dalam tiga kasus bullying terbaru. Mereka juga diwajibkan membayar ganti rugi kepada pemerintah Malaysia atas biaya pendidikan yang telah mereka terima. Langkah ini diambil sebagai peringatan keras agar kasus serupa Bukan terulang.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim juga menegaskan sikap pemerintah terhadap bullying di institusi pendidikan. Dalam pidatonya, ia menyebut budaya tersebut telah menjadi masalah sistemik yang harus diatasi.
“Para pemimpin pendidikan harus bertanggung jawab dan menghapus budaya ini sepenuhnya,” kata Anwar. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Diduga Jadi Korban Bully, Siswi SD di Lamongan Meninggal Dunia