PEMILIK dan pengelola kantin sekolah keluhkan anjloknya pendapatan setelah Penyelenggaraan Program Makan Bergizi Gratis atau MBG, karena para siswa Bukan Kembali membeli dagangan mereka.
Para pengusaha makanan di Sekeliling sekolah menyebut omzet usaha mereka menurun lebih dari 50% dari sebelumnya sejak program MBG dilaksanakan.
Seorang pedagang di Kantin SMP Negeri 12 Kota Semarang, Rofiana, mengatakan Akibat adanya program MBG cukup dirasakan oleh para pemilik dan pengelola kantin, karena omzet anjlok hingga 50% dibandingkan sebelumnya. Para siswa Bukan Kembali membelanjakan Dana sakunya Demi jajan di kantin Begitu waktu istirahat.
“Biasanya saya bawa nasi bungkus 35 bungkus, tetapi sejak adanya program itu Tiba sore Bukan Terdapat yang laku terjual. Para siswa umumnya hanya beli jenis minuman saja,” ujar Rofiana.
Pemilik kios di Sekeliling sekolah, Ida, mengaku terpukul setelah berjalannya program MBG di sekolah, karena Bukan Terdapat siswa yang mampir ke kios Demi membeli makanan. Sebelumnya, ia Lagi dapat meraup omzet rata-rata Rp400 ribu per hari. Kini, ia hanya mendapatkan Sekeliling 30%. Kondisi ini menjadikan pemilik warung maupun kios di Sekeliling sekolah Demi berpikir mencari usaha lainnya.
Demikian juga diungkapkan Nartin, pengelola warung di Sekeliling SMA Negeri 4 Semarang. Bahwa Akibat adanya program MBG di sekolah Membikin para pedagang makanan Berkualitas di kantin dalam sekolah maupun warung Sekeliling sekolah terpuruk, sebagian besar telah mengurangi stok makanan karena Bukan laku.
“Iba juga UMKM yang bergerak bidang makanan,” imbuhnya.
Pemilik usaha UMKM bidang makanan Yohana, 50, mengatakan ikut terdampak program MBG tersebut. Banyak makanan yang dijual ke sekolah-sekolah dikembalikan karena Bukan laku. Demi mengantisipasi kerugian ia terpaksa mengurangi produksi.
“Biasanya dari menitipkan makanan di kantin-kantin sekolah setiap hari dapat mencapai perputaran modal Rp1 juta-Rp1,2 juta, tetapi Demi sekarang paling banyak Rp500 ribu,” ungkap Yohana.
Pada awal-awal rencana program MBG ini, ungkap Yohana, ia mendengar banyak ditawarkan kepada UMKM bidang makanan sehingga ia berpikir positif usahanya akan tetap hidup. Tetapi, perkembangan selanjutnya Sekalian ditangani pemerintah sehingga penggiat usaha seperti warung makanan, katering, dan lainnya Bukan mendapat bagian apa-apa.
Pemantauan Media Indonesia, Selasa (14/1) Penyelenggaraan program MBG di ratusan sekolah dari PAUD, SD, SMP hingga SMA sudah berlangsung sejak Senin (6/1) Lewat dengan setiap daerah rata-rata mendistribusikan hingga 3.000 paket per dapur setiap harinya, sehingga para pelajar sudah Bukan Kembali terlihat membawa bekal maupun membeli makanan di kantin atau warung di Sekeliling sekolah seperti sebelumnya.
“Sejak Terdapat program MBG, Dana sangu (saku) Lagi tersisa, bahkan utuh karena Bukan banyak jajan,” kata Sena, salah seorang pelajar SMA di Kota Semarang.
Hal serupa juga diungkapkan Andrian, siswa sebuah SMP negeri di Kota Semarang. Bahkan, setelah adanya program MBG ini ia sering Bukan Kembali meminta Dana saku kepada orangtua Demi jajan di sekolah. Ibunya juga Bukan Kembali repot menyiapkan bekal Demi dibawa ke sekolah.
“Paling minta Dana Demi beli pulsa atau beli kebutuhan sekolah,” tambahnya. (AS/J-3)