PERAGAAN Pintu Incubees x Ecole Duppere Paris by Pintu Incubator x Ecole Duppere Paris yang berlangsung di JF3 Fashion Festival 2024 menjadi panggung bersandingnya desainer muda Indonesia dan Prancis. Berlangsung Rabu (31/7), di Summarecon Mall Serpong, Tangerang, acara tersebut menampilkan 5 label Indonesia dan enam desainer Prancis.
Kelima jenama Indonesia itu adalah Arae, Enigma, Denim It Up, Senses, dan Tales and Wonders. Mereka disebut sebagai Pintu Incubees. Sementara enam desainer Prancis yang menampilkan koleksi adalah Louisa Gauchon, Guy Chassaing, Coline Percin, Noemie Jondot, Ninon Fievet, dan Daniel Cheruzel. Mereka merupakan alumni sekolah mode Ecole Duppere, Paris.
Baca juga : Naura Ayu Jalani Fisioterapi Usai Anjlok di Catwalk JF3
Buat dapat menjadi Pintu Incubees, kelima label Indonesia itu mengikuti seleksi sejak November 2023 yang totalnya diikuti 500 pelamar. Begitu lolos menjadi Pintu Incubees, mereka mendapat mentoring sejak Maret 2024 dan mentoring dari pakar industri mode Prancis selama 10 hari. Program mentoring ini dihasilkan berkat bekerja sama dengan pemerintah Prancis.
Baca juga : Koleksi Busana “Spirit of Revival” Karya Ernesto Abram di JF3 Sarat Maksud Nasionalisme
Seperti juga program Pintu Incubator semenjak dimulai pada 2022, program tahun ini tidak berhenti pada peragaan di JF3. “Setelah show ini akan dipilih dua brand yang akan diberangkat ke Paris Trade Show yang ada di Paris Fashion Week pada September nanti,” kata salah satu inisiator Pintu Incubator yang juga pendiri Lakon Indonesia, Thresia Mareta, dalam konferensi pers sebelum peragaan.
Di Prancis juga, para desainer Indonesia memiliki kesempatan untuk mengikuti kelas atau workshop yang ada di Ecole Duperre. Berusia lebih dari 1,5 abad, sekolah mode tersebut kesohor dengan program-program teknik tekstil tingkat tinggi, termasuk bordir dan tenun.
Baca juga : Tities Sapoetra Bawa Konsep Kibo dan Keberlanjutan di JF3 Fashion Festival
Chairman JF3 yang juga inisiator Pintu Incubator, Soegianto Nagaria, mengatakan program panjang tersebut dilakukan karena JF3 bukan sekadar acara fesyen. Melainkan, sebuah ekosistem lengkap untuk mendukung para pelaku industri mode mengembangkan pasar ke tingkat global.
Baca juga : JF3 Kembali Digelar, Desainer Prancis Jadi Pembuka
“Di sini ada banyak pintu. Kami di sini menunggu kamu (para desainer Indonesia) untuk mengambil tantangan ini. Don’t miss the boat,” tegas Soegianto memberi himbauan kepada para pelaku mode Indonesia.
Ketika peragaan dimulai, tampak gaya busana kasual dan leisure lebih dominan dalam label Indonesia. Meski begitu teknik yang diusung beragam. Arae dan Enigma, misalnya, menonjolkan serat dan pewarna alam, sementara Senses menampilkan gaya leisure yang lebih mewah dengan detil bordir rumit dan manik-manik halus.
Arae mampu menonjol meski koleksinya berupa kemeja dan celana pria yang simple. Kekuatan Arae dapat dirasakan lewat craftmanship untuk menghasilkan pola ecoprint yang indah dan tetap elegan. Material katun yang mereka hasilkan juga tampak luwes sehingga terlihat mengalun saat para model berjalan.
Koleksi lain yang juga sangat menarik adalah dari Denim It Up. Label ini menampilkan berbagai gaya celana jins dengan warna yang bukan biru tradisional, termasuk hitam dan denim dengan corak warna eklektik. Potongan celananya juga beragam, baik panjang maupun oversized bermuda.
Salah satu pendiri Arae mengaku bersyukur dapat terpilih masuk ke program Pintu Incubator. “Banyak sekali masukan yang berharga banget dari para mentor. Dari soal warna sampai cara pitching koleksi. Jadi kita diajarkan untuk membayangkan koleksi kita agar bisa masuk ke market global,” kata Khoirunnisa Pulungan yamg ditemui Media Indonesia usai peragaan. Ia mendirikan Arae di Bubulak, Bogor, pada 2018 bersama Anita Rachman, Abdul Azis, Masrur, dan Alistiani.
Avant Garde
Koleksi dari keenam desainer Prancis juga mengundang decak kagum. Koleksi para lulusan sekolah mode Ecole Duppere, Paris ini mencerminkan prestis institusi tersebut. Teknik serba rumit dikemas dalam busana-busana yang sangat kini dan avant garde sebagaimana karakter mode Prancis.
Di koleksi Coline Percin, teknik rumit tekstil dikemas dalam gaya street wear yang ekspresif. Salah satu set busananya yang sangat menarik adalah cropped-top biru muda dengan teknik slashing yang dilengkapi dengan dalaman berwarna merah yang lebih panjang. Rendahannya adalah rok balon asimetris berpinggang karet.
Pada busana lainnya ia memadankan celana jins palazzo dengan gaya pinggang terbuka dan bertumpuk dengan tank-top biru tua dengan puluhan, bahkan mungkin ratusan, lingkaran kecil tiga dimensi yang disematkan di bagian tengah ke bawah. Itu memberi efek seperti kumpulan kerang yang menempel.
Thresia mengungkapkan tampilnya koleksi dari desainer-desainer Prancis itu dimaksudkan pula untuk transfer pengetahuan pada desainer Indonesia. “Dari Duperre itu keterampilan teknik mereka lebih bagus, jadi diharapkan ada saling transfer experiences dengan desainer Indonesia,” katanya.
JF3 2024 telah berlangsung sejak 25 Juli 2024 dan akan ditutup pada Minggu, 4 Agustus 2024. Berbeda dari sebelumnya, tahun ini, gelaran yang sudah berusia 20 tahun itu berlangsung di dua tempat, yakni Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara sejak pembukaan hingga 28 Juli dan selanjutnya berlangsung di Summarecon Mall Serpong. Pada Sabtu, 3 Agustus 2024, akan digelar peragaan koleksi dari Lakon Store dan Danjyo Hiyoji. (M-1)