Liputanindo.id – Berbagai jenis produk makanan anak di Amerika Perkumpulan (AS) ditemukan mengandung perklorat, bahan kimia yang digunakan dalam produksi kembang api dan bahan bakar roket, menurut penyelidikan Consumer Reports.
Berdasarkan hasil investigasi mereka, bahan kimia yang dikaitkan dengan masalah tiroid pada orang dewasa serta kerusakan otak janin dan bayi baru lahir ini ditemukan pada sekitar 67 persen dari hampir 200 sampel produk supermarket dan makanan siap saji yang diperiksa.
“Kami menemukan kadar perklorat tertinggi dalam makanan cepat saji dan produk tertentu, tetapi yang mengkhawatirkan, kategori dengan kadar perklorat rata-rata tertinggi adalah makanan bayi dan anak-anak,” demikian cuplikan publikasi Consumer Reports dalam laporannya pada Rabu (7/8/2024).
Dikutip dari New York Post, dalam laporan itu disebutkan bahwa beberapa makanan bayi dan anak dengan kandungan perklorat tinggi, kadar kontaminasinya bisa secara cepat bertambah dalam jumlah yang mengkhawatirkan.
Kadar perklorat yang ditemukan pada sampel yang diuji berkisar sedikit di atas 2 sampai 79 bagian per miliar. Meskipun tidak secara langsung membahayakan, tetapi kontaminasi bahan kimia ini bisa berbahaya jika kadarnya terus bertambah.
Makanan dalam wadah plastik menurut hasil investigasi memiliki kadar perklorat tertinggi (rata-rata hampir 54 bagian per miliar), sedangkan makanan anak-anak mengandung 19,4 bagian per miliar bahan kimia tersebut.
Perklorat juga ditemukan pada buah-buahan dan sayur-sayuran, makanan cepat saji, makanan panggang, susu, daging, makanan laut, dan minuman.
Consumer Reports menyampaikan bahwa pengujian ini tidak mengungkap mengapa makanan tertentu memiliki kadar perklorat lebih tinggi, tetapi para peneliti menduga plastik pada barang kemasan bisa menjadi penyebabnya.
Di samping itu, bahan-bahan makanan segar bisa terkontaminasi perklorat jika disiram menggunakan air yang terkontaminasi bahan kimia tersebut.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Perkumpulan pada 2005 telah menetapkan batas paparan perklorat harian sebesar 0,7 mikrogram per kilogram berat badan, dosis yang menurut Consumer Reports terlalu tinggi.
Sementara itu, Otoritas Keamanan Pangan Eropa menetapkan batas asupan perklorat sebanyak 0,3 mikrogram per kilogram berat badan.