Liputanindo.id – Presiden Prancis Emmanuel Macron belum memiliki rencana untuk mengangkat Perdana Menteri baru setelah kepergian Gabriel Attal. Macron juga tidak akan mengubah pemerintahan hingga Agustus mendatang.
Penundaan ini disampaikan oleh Macron karena Prancis memilih untuk fokus menyiapkan Olimpiade Paris yang akan berjalan. Tetapi dia memastikan akan menyelesaikan masalah yang terjadi saat ini.
“Pemerintah sedang menyiapkan Olimpiade, dan tanggung jawab kami adalah memastikan semuanya berjalan lancar. Saya memilih stabilitas, pemerintah sekarang akan terus menangani masalah-masalah saat ini. Kami akan fokus pada Olimpiade hingga pertengahan Agustus mendatang,” kata Macron, dikutip France 2, Rabu (24/7/2024).
Lampau, kata Macron, pengangkatan perdana menteri baru dan pemerintahan akan menimbulkan kekacuan di Prancis. Hal ini pun membuat pemerintahannya menunda untuk menetapkan pembaruan tersebut.
“Perubahan perdana menteri dan pengangkatan pemerintah baru sekarang akan menciptakan kekacauan,” tegasnya.
Selain itu, Macron juga meminta partai politik untuk mencari kompromi di parlemen negara itu dalam ketiadaan mayoritas absolut. Dia memerintahkan agar partai yang memimpin saat ini bisa bekerja sama demi rakyat.
“Rakyat Prancis, dengan memilih, memberikan tanggung jawab kepada kekuatan yang memenangkan putaran kedua pemilu untuk bekerja sama,” jelasnya.
“Tanggung jawab partai adalah melakukan apa yang dilakukan semua demokrasi: belajar untuk berkompromi, jika tidak, mereka akan mengecewakan rakyat Prancis. Saya meminta mereka untuk bekerja sama,” tambahnya.
Presiden Prancis itu menambahkan bahwa perlu untuk “mendengar dan menghormati” pendapat 11 juta rakyat Prancis yang memilih partai sayap kanan National Rally dan membawanya pada kemenangan di putaran pertama pemilihan parlemen.
Di sisi lain, Macron mengatakan bahwa rakyat Prancis memilih untuk tidak mempercayakan kekuasaan kepada National Rally. Dia pun menegaskan kembali bahwa koalisi presiden mengalami kekalahan dalam pemilu.
Menurut Macron, tidak ada faksi yang dapat melaksanakan programnya.
“Salah untuk mengatakan bahwa New Popular Front memiliki mayoritas. Pertanyaannya bukan pada nama (perdana menteri). Pertanyaannya adalah jenis mayoritas apa yang dapat muncul di Majelis Nasional sehingga pemerintah Prancis dapat melaksanakan reformasi, mengesahkan anggaran dan mendorong negara melangkah maju,” tegasnya.
Sebelumnya, New Popular Front sepakat untuk mengusulkan Lucie Castets, seorang pejabat keuangan utama di kantor Walikota Paris, sebagai pilihan mereka untuk posisi perdana menteri.
Hasil pemilihan parlemen terbaru meninggalkan Prancis dalam situasi parlemen yang menggantung, tanpa partai yang memegang mayoritas.
Front Popular Baru, sebuah aliansi luas yang mencakup France Unbowed, Sosialis, Hijau, dan Komunis, keluar sebagai pemenang dalam putaran kedua. Mereka berhasil merebut 182 kursi.
Sementara, Ensemble yang diketuai Presiden Macron berada di urutan kedua dengan 161 kursi, sementara National Rally milik Marine Le Pen memenangi 142 kursi.