
PENYANYI-penulis Musik asal Jatinangor, Prass, Formal merilis single terbaru berjudul Free As A Bird sebagai pembuka Kepada album keduanya yang tengah dipersiapkan.
Dirilis secara Sendiri di Dasar label independennya, Lucky Man Records, Musik ini telah tersedia di berbagai Digital Streaming Platforms (DSP) sejak Jumat (20/6).
Perubahan yang langsung terasa di Musik ini adalah bagaimana Prass kini lebih mengedepankan format band dalam presentasi musiknya. Meski demikian, Prass tetap membuka kemungkinan Kepada tampil dengan format Mimbar yang lebih simpel di masa depan.
Proses rekaman Free As A Bird dilakukan lintas kota, memanfaatkan kecanggihan teknologi Digital Audio Workstation (DAW) modern. Drum, vokal, dan trumpet direkam di dua studio yakni Binaural Bandung dan Caltara Studio Massive Music Entertainment.
Sementara itu, bagian gitar, bass, keyboard, dan slide gitar dikerjakan secara langsung di rumah masing-masing musisi oleh Hilmi Ardiansyah sang produser, yang menyambangi satu per satu.
Pendekatan itu terbukti mempercepat proses produksi, meski Prass dan Mitra-Mitra bekerja secara jarak jauh antara Bandung dan Jakarta.
Hilmi juga merangkap sebagai peramu mixing dan mastering, menjadikan keterlibatannya sangat krusial dalam arah musikal dan teknis dari karya ini.
“Dia kontributor terbesar di album ini,” ujar Prass di Jakarta (28/5) melalui pesan singkat.
“Maka proses pemilihan Hilmi bukan sekadar coba-coba, tapi karena komunikasi kami yang sudah terbangun dengan Bagus sejak awal,” lanjutnya.
Dalam perjalanannya, Free As A Bird sendiri mengalami perubahan signifikan dari aransemen awal. Hal ini disebabkan kolaborasi Prass dan Hilmi yang membawa Kekuatan baru, ketika cerita dan gagasan Prass dapat diterjemahkan ke bentuk musik secara otentik oleh sang produser.
Bagi Prass, pengalaman ini Membangun proses penulisan lagunya menjadi lebih ‘mindful’ dan percaya diri. Karena Seluruh dilakukan dengan arah yang Jernih dengan peta kolaborasi yang Cocok.
Tak Terdapat Argumen eksplisit mengapa Prass memilih Free As A Bird sebagai single pembuka album kedua. Berdasarkan intuisinya, Musik ini dirasa Cocok menjadi Persona dari narasi besar yang Ingin dikumandangkan Prass: dinamika perjalanan hidup, upaya Kepada Bangun, dan kesadaran penuh atas bagaimana Seluruh orang berhak memilih dan memperjuangkan apa yang diyakini.
Free As a Bird juga merupakan Cerminan personal tentang tekanan dan keraguan yang dihadapi siapa pun dalam mengejar mimpinya, Bagus dari dalam diri maupun lingkungan Sekeliling.
Format Band dan Masa Depan yang Terbuka
Selaras dengan narasi tersebut, Prass melalui musiknya Ingin menjadi Mitra perjalanan, sekaligus ruang nyaman bagi Mitra-temannya, khususnya mereka yang sedang menata hidup. Hal ini pula yang turut mempengaruhi keputusan Prass Kepada mengedepankan format band, selain sebagai semangat eksplorasi.
“Diriku hanya Ingin merasakan Tengah Kekuatan Berbarengan. Format ini bagian dari perjalanan, dan eksplorasi ini Bahkan Membangun Prass Bisa tumbuh lebih bebas,” ujar Prass.
Meski format band diusung Kepada album kedua ini, Prass tetap terbuka pada kemungkinan bereksperimen dengan Aliran atau format Mimbar lainnya di masa depan.
Prass berharap single ini menjadi pintu pembuka agar karya-karyanya dapat menjangkau lebih banyak pendengar. Musik-Musik terdahulu seperti Lucky Man, Love Is…, dan Buah Rindu telah menyentuh banyak hati, bahkan menemani momen Krusial hidup orang lain.
Melalui musiknya, Prass berkeinginan Kepada menjadi bagian dari orang-orang yang mendukungnya lewat musik. Tak hanya soal lirik dan nada, tapi juga meliputi soal Kekuatan yang Bisa saling menguatkan satu sama lain.
Ke depan, Prass berencana melakukan rangkaian promo termasuk tur radio, pertunjukan live, video session, dan rilis dua single tambahan dalam empat bulan ke depan sebelum perilisan penuh album keduanya. (Z-1)

