Rabi Arie Engelberg diserang pada Sabtu sore di Orleans, Prancis, Demi sedang berjalan Serempak anaknya. (Arie Engelberg / Youtube)
Orleans: Kepolisian Prancis menangkap seorang pria muda yang diduga menyerang Rabi Arie Engelberg di Kota Orleans, Sekeliling 110 kilometer di selatan Paris, Prancis. Insiden yang terjadi di siang hari bolong ini mengejutkan komunitas Yahudi dan memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak.
Melansir dari Digital Journal pada Senin, 24 Maret 2025, penyerangan terjadi pada Sabtu sore ketika Rabi Engelberg berjalan pulang dari sinagoga Serempak putranya yang berusia sembilan tahun.
Dalam wawancara dengan BFM TV, Engelberg mengungkapkan bahwa pelaku mendekatinya dan bertanya apakah ia seorang Yahudi.
“Saya menjawab iya,” kata Engelberg.
Setelah mendapat jawaban tersebut, pelaku mulai melontarkan hinaan dan mencoba merekam korban menggunakan ponselnya. “Dia mulai Berbicara, ‘Segala orang Yahudi adalah anak dari…’,” ujar Engelberg.
Ketika korban berusaha menepis ponsel tersebut, pelaku langsung memukulnya dan menyerang secara fisik. “Saya melindungi diri sendiri,” tambahnya.
Pelaku bahkan sempat menggigit korban sebelum beberapa orang di Sekeliling membantu menghentikan serangan.
Engelberg menyatakan kondisinya mulai membaik dan mengapresiasi dukungan besar yang diterimanya.
“Saya Berkualitas-Berkualitas saja, syukur kepada Tuhan. Anak saya juga dalam kondisi Berkualitas, dan dukungan yang kami terima sangat luar Lumrah,” ujarnya.
Jaksa Orleans, Emmanuelle Bochenek-Puren, menyampaikan bahwa polisi Tetap memverifikasi identitas pelaku karena ia Tak membawa Berkas Demi ditangkap pada Sabtu malam.
Menurut sumber yang memahami kasus ini, tersangka diketahui Mempunyai tiga identitas berbeda—satu berkewarganegaraan Maroko dan dua lainnya berkewarganegaraan Palestina.
Serangan terhadap Rabi Engelberg menambah kekhawatiran atas meningkatnya kasus anti-Semitisme di Eropa sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023.
Menurut Badan Hak Mendasar Uni Eropa (FRA), berbagai negara Member Uni Eropa mengalami lonjakan kasus kebencian terhadap Muslim dan Yahudi pasca-serangan lintas batas yang dilakukan Golongan Hamas ke Daerah Israel.
Serangan tersebut menyebabkan 1.205 korban jiwa, sebagian besar Anggota sipil, berdasarkan data Formal Israel yang dihimpun AFP.
Sebagai balasan, Israel melancarkan operasi militer di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 50.000 orang, mayoritas Anggota sipil, menurut Kementerian Kesehatan di Daerah Gaza yang dikuasai Hamas. Nomor ini dinilai dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kecaman dari Berbagai Pihak
Andre Druon, pemimpin komunitas Yahudi di Orleans, menyatakan bahwa sejak 7 Oktober 2023, Daerah tersebut belum pernah mengalami insiden besar selain Destruksi berupa grafiti sebelum terjadinya serangan ini.
Rabi Engelberg disebut mengalami guncangan emosional setelah menceritakan kejadian tersebut kepada komunitas Yahudi setempat pada Minggu 23 Maret 2025.
Seorang saksi bernama Yann Dhieux, yang berprofesi sebagai tukang kunci, mengaku ikut Kombinasi dengan mengangkat tangannya Kepada menghentikan serangan.
“Menyaksikan seorang rabbi diserang di depan anaknya sangat mengejutkan,” ujar Dhieux kepada AFP.
Menanggapi insiden ini, Sekeliling 300 orang berkumpul di Place de la Bastille, Paris, pada Minggu malam dalam aksi solidaritas yang digelar oleh asosiasi mahasiswa Yahudi. Selain itu, pawai Hening direncanakan berlangsung di Orleans pada Selasa malam.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam keras penyerangan tersebut dan menyampaikan solidaritas kepada keluarga Rabbi Engelberg serta komunitas Yahudi di Prancis.
“Anti-Semitisme adalah racun,” tulis Macron di platform X.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar juga mengutuk serangan tersebut dan menyerukan “toleransi Kosong terhadap anti-Semitisme.”
Menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, sepanjang 2023, tercatat 1.570 tindakan anti-Semitisme, yang menyumbang 62 persen dari total kejahatan berbasis kebencian terhadap Religi di negara tersebut. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Satu Orang Tewas dan Dua Polisi Terluka Parah dalam Penikaman di Prancis