Prancis, Inggris, dan Jerman Dukung Proposal Arab Demi Rekonstruksi Gaza

Kehancuran Gaza. (Haitham Imad/EPA-EFE)

Gaza: Prancis, Inggris, dan Jerman menyatakan dukungan terhadap rencana rekonstruksi Gaza yang diusung oleh negara-negara Arab. Rencana ini diperkirakan akan menelan biaya sebesar $53 miliar dan bertujuan Demi memperbaiki kondisi kehidupan Penduduk Palestina di Gaza yang Begitu ini mengalami krisis kemanusiaan yang sangat parah.

Mengutip dari Times of Israel (ToI) pada Sabtu, 8 Maret 2025, dalam pernyataan Serempak, Menteri Luar Negeri Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia menilai bahwa rencana tersebut adalah “jalan realistis” Demi memperbaiki situasi di Gaza.

“Rencana ini menunjukkan jalur realistis Demi rekonstruksi Gaza dan menjanjikan – Apabila dilaksanakan – perbaikan Segera dan berkelanjutan terhadap kondisi kehidupan Penduduk Palestina di Gaza,” bunyi pernyataan tersebut.

Proposal rekonstruksi Gaza ini disusun oleh Mesir dan telah diadopsi oleh para pemimpin Arab awal bulan ini. Dalam pernyataan Serempak, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, dan perwakilan dari Inggris dan Italia menyatakan apresiasi atas “upaya serius” dari Segala pemangku kepentingan dalam menyusun rencana tersebut.

Cek Artikel:  Pesawat American Airlines Mendarat Darurat di Roma karena Ancaman Bom

“Kami mengapresiasi sinyal Krusial yang telah dikirimkan oleh negara-negara Arab dengan menyusun rencana pemulihan dan rekonstruksi ini,” tulis pernyataan tersebut.

Tetapi, rencana ini telah ditolak oleh Presiden Amerika Perkumpulan Donald Trump dan pemerintah Israel. Trump bahkan sempat memicu kontroversi dengan menyarankan agar AS mengambil alih Gaza dan menjadikannya sebagai “Riviera Timur Tengah,” dengan memindahkan penduduk Palestina ke Mesir, Yordania, atau negara-negara lain di kawasan.

Mengutip dari Times of Israel pada Sabtu, 8 Maret 2025, rencana Trump dianggap sebagai tindakan “pengusiran massal” dan menuai kecaman Dunia.

Sebaliknya, proposal Arab Bahkan menekankan bahwa Penduduk Palestina akan tetap tinggal di Gaza selama proses rekonstruksi berlangsung. Rencana tersebut juga mencakup pembentukan komite independen yang terdiri dari teknokrat Demi mengelola Gaza selama enam bulan sebelum pengendalian Daerah tersebut diserahkan kembali kepada Otoritas Palestina.

“Rencana ini menjamin bahwa Penduduk Palestina akan tetap tinggal di Gaza dan Tak akan dipindahkan seperti yang diusulkan oleh Trump,” tulis laporan Times of Israel.

Cek Artikel:  Trump Sebut Helikopter yang Bertabrakan di Udara ‘Terbang Terlalu Tinggi’

Rencana ini juga mencakup pengiriman Laskar penjaga perdamaian Dunia di Rendah mandat Dewan Keamanan PBB Demi menjaga ketertiban dan keamanan di Gaza selama masa rekonstruksi.
 

Dalam rencana tersebut, Mesir dan Yordania akan bertanggung jawab Demi melatih Laskar keamanan Palestina yang kemudian akan dikerahkan di Gaza Demi memastikan stabilitas dan ketertiban.

Tetapi, rencana ini mendapat tanggapan Variasi dari Amerika Perkumpulan. Juru bicara Gedung Putih Brian Hughes mengatakan bahwa rencana tersebut “Tak memenuhi ekspektasi” Washington karena Tak secara signifikan menangani isu Hamas.

“Rencana ini Tak realistis karena Tak mempertimbangkan Fakta bahwa Gaza Begitu ini Tak layak huni,” ujar Hughes.

Meski begitu, Steve Witkoff, utusan Timur Tengah dari pemerintahan Trump, menyebut rencana Mesir sebagai “langkah awal yang Berkualitas.” Witkoff juga memperkirakan bahwa rekonstruksi Gaza akan memakan waktu 10 hingga 15 tahun dan selama proses tersebut, Gaza mungkin tetap dalam kondisi yang Tak layak huni.

“Kami sedang mengevaluasi Segala opsi. Tetap terlalu Awal Demi memberikan komentar lebih jauh,” kata Witkoff.

Cek Artikel:  Israel Akui Membunuh Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Tehran

Pada Jumat, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) secara Formal mengadopsi rencana rekonstruksi Gaza yang diusung oleh Mesir, yang kini telah menjadi rencana Serempak Arab dan Islam. Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan darurat OKI di Jeddah, Arab Saudi, tiga hari setelah Aliansi Arab meratifikasi rencana tersebut dalam KTT di Kairo.

“Adopsi rencana ini oleh OKI merupakan sinyal kuat dari dunia Islam Demi mendukung rekonstruksi Gaza,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dalam pernyataannya.

Meski belum mendapat dukungan penuh dari AS dan Israel, rencana ini dipandang sebagai terobosan diplomatik Krusial yang menunjukkan adanya upaya kolektif Demi membangun kembali Gaza tanpa menekan Penduduk Palestina. Tetapi, tantangan besar tetap Terdapat, terutama dalam hal pendanaan dan implementasi di lapangan.

Mengutip Times of Israel pada Sabtu, 8 Maret 2025, rencana ini membagi Gaza menjadi tujuh Area yang akan dibangun secara bertahap.

“Setiap Area akan dikelola oleh komite teknokrat dan didukung oleh Sokongan kemanusiaan Dunia Demi memastikan kelancaran proses rekonstruksi,” tulis laporan tersebut.

Mungkin Anda Menyukai