Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN

Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN
Khairul Fahmi, Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS)(dok MI)

Kunjungan Prabowo Subianto ke sejumlah negara ASEAN sebelum dilantik sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, menjadi langkah strategis yang mencerminkan visi kebijakan luar negerinya.

Lawatan Prabowo ke Brunei, Laos, Kamboja dan Thailand kali ini, jelas bukan sekadar kunjungan seremonial. Melainkan bagian dari upaya membangun fondasi diplomasi yang lebih kokoh di kawasan Asia Tenggara.

Prabowo, yang dikenal dengan pendekatannya yang proaktif dan visioner, mengusung konsep Good Neighbors Policy, sebuah kebijakan yang menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis, saling menghormati, dan bekerja sama secara konstruktif dengan negara-negara tetangga.

Baca juga : Terjaminat Konstitusi dan Visi Politik Luar Negeri Para Calon Presiden 2024

Dalam konteks ASEAN, “tetangga yang baik” tidak hanya sekadar retorika politik. Konsep ini mencakup perilaku dan sikap saling mendukung di antara negara-negara di Asia Tenggara untuk mencapai stabilitas, keamanan, dan kemaslahatan bersama.

Kunjungan Prabowo, dengan agenda yang padat dan menyasar negara-negara yang selama ini dianggap memiliki hubungan erat dengan China seperti Laos dan Kamboja menunjukkan bahwa ia ingin memastikan komitmen negara-negara ini terhadap solidaritas ASEAN, khususnya dalam menghadapi tekanan geopolitik dari kekuatan besar.

Membangun Pondasi Diplomasi yang Kuat

Kunjungan Prabowo ini juga merupakan upaya awal untuk memperkuat hubungan bilateral dan mengamankan dukungan dari negara-negara tetangga sebelum ia resmi dilantik. ASEAN sangat bergantung pada hubungan pribadi antar pemimpin negara, dan membangun kepercayaan sejak dini adalah langkah penting untuk menciptakan kerja sama yang lebih efektif di masa mendatang.

Cek Artikel:  Kekuasaan, Keadilan, dan Partai Politik

Baca juga : Kontemplasi

Dengan bertemu langsung dengan para pemimpin ASEAN, Prabowo dapat menyelaraskan visinya dengan visi negara-negara lain di kawasan terkait tantangan-tantangan strategis seperti ketegangan di Laut China Selatan dan persaingan pengaruh antara China dan Amerika Perkumpulan.

Prabowo tampaknya ingin membangun komitmen atau kesepakatan awal terkait kerja sama keamanan dan pertahanan di kawasan. Diplomasi pertahanan menjadi instrumen penting bagi Prabowo untuk memperkuat kerja sama keamanan ASEAN, terutama di tengah situasi geopolitik yang semakin tidak menentu.

Dengan pendekatan ini, Prabowo berusaha menempatkan Indonesia sebagai pemimpin yang mampu memandu ASEAN menuju kohesi yang lebih besar di tengah persaingan kekuatan besar dan tantangan-tantangan baru yang semakin kompleks.

Baca juga : Mereka yang Menghias Roman Kota

Tantangan Kolaborasi di Tengah Bermakna ganda ASEAN

Upaya untuk memperkuat kerja sama di ASEAN tidaklah mudah. Tantangan utama ASEAN saat ini mencakup isu Laut China Selatan, persaingan antara China dan Amerika Perkumpulan, serta masalah-masalah nontradisional seperti terorisme, keamanan siber, perubahan iklim, dan krisis pangan serta energi. Respon kolektif ASEAN untuk menangani isu-isu ini sering kali terhambat oleh ambiguitas sikap beberapa negara anggota yang memiliki kepentingan berbeda.

Bermakna ganda ini sering menjadi penghalang dalam mencapai konsensus dan mengimplementasikan kebijakan bersama, khususnya di sektor keamanan. Negara-negara seperti Kamboja dan Laos, yang dianggap lebih condong ke arah China, sering kali sulit diajak untuk bersikap lebih tegas dan kolektif terhadap isu-isu seperti Laut China Selatan.

Cek Artikel:  Memajukan Gagasan Bukan Perasaan

Ketidaksepakatan ini juga menghambat inisiatif kerja sama keamanan maritim, latihan militer bersama, dan kolaborasi pertahanan lainnya yang seharusnya dapat memperkuat posisi ASEAN di tengah tantangan geopolitik yang ada.

Baca juga : Prabowo Subianto, Antara Bibit-Bobot-Bebet dan Rekor Capres

Dalam konteks ini, Prabowo menghadapi tantangan untuk mempromosikan dialog yang lebih terbuka di antara negara-negara ASEAN dan menekankan pentingnya solidaritas dalam menghadapi tekanan dari kekuatan besar. Mengajak negara-negara seperti Laos untuk lebih aktif dalam latihan militer bersama ASEAN yang digagas Indonesia sejak tahun lalu, misalnya, adalah langkah awal yang penting.

Langkah ini tidak hanya memperkuat kapabilitas militer ASEAN secara kolektif, tetapi juga mendorong negara-negara yang selama ini lebih dekat ke China untuk lebih terintegrasi dalam arsitektur keamanan regional ASEAN.

Menavigasi Geopolitik dalam Konteks VUCA

Dalam situasi dunia yang semakin diwarnai oleh volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA), penting bagi ASEAN untuk memperkuat kohesi internal dan meningkatkan posisi tawarnya. Indonesia, dengan kepemimpinannya di ASEAN, harus mampu memainkan peran strategis untuk menavigasi dinamika geopolitik yang semakin rumit ini.

Kepemimpinan yang tegas dan proaktif dari Prabowo diharapkan dapat mendorong tercapainya konsensus yang lebih solid terkait isu-isu keamanan di kawasan, terutama dengan negara-negara yang selama ini memiliki pandangan berbeda.

Cek Artikel:  Kemandirian Perempuan di Tengah Kerawanan Sosial Ekonomi

Prabowo juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menawarkan inisiatif baru terkait keamanan siber, ketahanan pangan, energi, dan ekonomi. Ini semua merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat ASEAN agar lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung pada kekuatan eksternal.

Diplomasi pertahanan yang digagas Prabowo menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci di ASEAN, dengan visi yang outward looking dan berfokus pada kolaborasi multilateral serta diplomasi aktif di kawasan.

Posisi Indonesia dan Tantangan Masa Depan

Kunjungan Prabowo ke negara-negara ASEAN ini tidak hanya dimaksudkan untuk meredam ketegangan terkait Laut China Selatan, tetapi juga untuk menyampaikan pesan bahwa Indonesia menginginkan stabilitas di kawasan ini dan bahwa ASEAN harus tetap bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan regional.

Melibatkan negara-negara seperti Brunei, Laos, Kamboja, dan Thailand dalam dialog yang lebih konstruktif dan menawarkan kerja sama di bidang lain, seperti ekonomi dan keamanan, adalah cara yang tepat untuk menarik mereka lebih dekat ke dalam konsensus ASEAN yang lebih pro-stabilitas dan perdamaian.

Inisiatif kepemimpinan Indonesia di ASEAN diperlukan untuk menavigasi dinamika dan memastikan bahwa kawasan tetap solid dan tangguh menghadapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks.

Dengan Prabowo yang mengedepankan kebijakan Good Neighbors Policy dan menunjukkan sikap yang outward looking, Indonesia diharapkan dapat memimpin ASEAN menuju masa depan yang lebih aman, stabil, dan sejahtera.

Mungkin Anda Menyukai