Piagam Temasek

‘ONE of the tragic illusions that many countries of the third world entertain is the notion that politicians and civil servants can successfully perform entrepreneurial functions’ (Goh Keng Swee, menkeu pertama Singapura).

Kutipan pernyataan Tuan Goh Keng Swee di atas menjadi prinsip dasar pembentukan Temasek Holdings Singapura, sebuah institusi yang sukses mengelola aset negara hingga lebih dari lima Sepuluh tahun. Temasek jadi rujukan dunia. Ia salah satu institusi bentukan negara yang sangat sukses di kancah Mendunia.

Kutipan pernyataan menteri keuangan pertama Singapura itu Bisa diterjemahkan secara bebas: ‘Salah satu ilusi tragis yang dimiliki banyak negara di dunia ketiga ialah anggapan bahwa politikus dan pegawai (aparatur) negara dapat berhasil menjalankan fungsi kewirausahaan’.

Prinsip itu diterapkan secara konsisten Begitu Singapura mendirikan Temasek. Institusi itu jauh (dijauhkan) dari tangan politikus dan pemerintahan sejak pendiriannya hingga kini. Tujuannya Temasek Kagak masuk ‘ilusi besar sukses kewirausahaan di tangan politikus dan aparat negara’. Buah dari mempertahankan prinsip itu Konkret: Temasek sehat dan sukses.

Cek Artikel:  Musim Ceria Niscaya Tiba

Eksis sejumlah prinsip dasar yang dijadikan semacam ‘Piagam Temasek’ yang dipeluk Tegar dan erat. Isi nilai-nilai pada ‘piagam’ itu: memberikan keuntungan yang berkelanjutan dalam jangka panjang, melibatkan perusahaan portofolio Buat meningkatkan nilai pemegang saham dan mendukung praktik tata kelola yang Bagus, berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di tempat beroperasi.

Selain itu, berinvestasi pada potensi Sosok, membangun dengan keberanian, dan menjadi katalisator solusi secara keberlanjutan. Dalam menjalankan Segala hal itu, Temasek menjalankan prinsip berusaha Buat bersetia pada tata kelola, berbuat Pas, dan berbuat Bagus. Mereka juga punya tekad, ‘melakukan hal-hal hari ini dengan memikirkan hari esok’.

Saya sengaja menuliskan nilai-nilai Bagus dan terbukti dari Temasek itu dengan maksud ‘siapa Mengerti Bisa ditiru Danantara’. Akhir bulan Lampau, Indonesia punya lembaga investasi negara baru: Danantara. Modal awalnya tembus Rp1.000 triliun dan diproyeksikan bakal mengelola aset lebih dari Rp14.700 triliun. Ambisinya besar, yakni menjadi mesin penggerak ekonomi, sebagaimana Temasek di Singapura.

Cek Artikel:  Sumpah Bajakan

Tetapi, optimisme besar itu ditanggapi secara hati-hati oleh publik. Bahkan Eksis yang ragu-ragu, skeptis, Danantara Bisa sebesar, bahkan melampaui, mimpinya. Skeptisisme sebagian kalangan terutama didorong Tetap lekatnya persinggungan aparatus negara, juga politikus, dengan lembaga pengelola aset dan investasi BUMN itu.

Lembaga dengan komposisi ‘kepengurusan’ seperti itu, demikian dugaan mereka yang skeptis, Bisa jadi malapetaka. Sejarah menunjukkan lembaga yang Kagak dijauhkan dari tangan-tangan politik dan kepentingan kekuasaan akan jadi bancakan, Lampau tersungkur. Salah satunya 1MDB (1Malaysia Development Berhad). Malaysia bikin 1MDB dengan dalih memajukan ekonomi.

Hasilnya? Miliaran dolar malah nyelonong ke rekening pribadi pejabat tinggi, dipakai Buat membeli properti mewah, lukisan mahal, Tamat memproduksi Gambar hidup Hollywood. Akhirnya skandal itu terbongkar, rakyat Malaysia pula yang harus menomboki. Mengapa? Transparansi Kagak terjadi, sekelompok elite politik dan pemerintahan memegang kendali, akuntabilitas rendah.

Itu jauh berbeda dari Temasek. Pada 1974, Singapura melahirkan Temasek Holdings. Banyak yang skeptis Begitu itu dengan mengapungkan pertanyaan, “Apa iya, negara sekecil itu mau mengelola Anggaran triliunan?” Tetapi, lima Sepuluh tahun kemudian, skeptisisme itu terbukti salah. Temasek kini jadi raksasa investasi dengan portofolio Mendunia lebih dari S$400 miliar (Sekeliling Rp4.600 triliun).

Cek Artikel:  Sakralitas Azan

Apa rahasianya? Profesionalisme dan disiplin bisnis, sebagaimana ‘manifesto’ yang dicetuskan Goh Keng Swee, menteri keuangan pertama Singapura. Temasek enggak diganggu tangan-tangan politik. Mereka investasi di perusahaan yang memang layak. Kalau BUMN yang mereka pegang lelet, ya dilepas. Enggak Eksis cerita perusahaan merugi Maju disubsidi demi menjaga gengsi atau kepentingan kongsi.

Jangan Sekadar awalnya yang terlihat menjanjikan. Lampau, seiring dengan berjalannya waktu, akibat terlalu banyak intervensi pemerintah, misalnya, Membikin lembaga itu kehilangan efektivitasnya. Alih-alih menguntungkan, malah jadi beban negara.

Karena itu, pertanyaannya, apakah Danantara Bisa meniru Metode yang ditelurkan dalam ‘Piagam Temasek’? Apakah Eksis nyali Buat bilang ‘Kagak’ pada kepentingan politik dan kepentingan kekuasaan yang sempit? Saya, sih, berharap prinsip-prinsip bersetia pada tata kelola yang Bagus, berusaha yang Bagus, dan berbuat Bagus dengan Metode-Metode yang Bagus Bisa ditegakkan. Semoga.

Mungkin Anda Menyukai