SENYUM sumringah terpancar dari Paras Runtu Lembah Ketika memandangi biji kakao yang dijemurnya di depan rumah.
Petani dari Desa Tendea Dongi, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah ini tak Bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Bagaimana Enggak, harga biji kakao Maju menunjukkan tren kenaikan signifikan dari tahun ke tahun. “Dulu harga biji kakao hanya Rp26.000 Tiba Rp29.000 per kilo gram. Sekarang sudah mencapai Rp143.000 per kilo gram, naik drastis dari posisi sebelumnya di Rp110.000,” terangnya, Minggu (12/1/2025).
Bagi Runtu dan petani kakao lainnya di Poso, tanaman cokelat itu menjadi primadona karena dua Argumen Penting. Pertama, harganya yang menggiurkan dan kedua, perawatannya yang relatif mudah dibanding tanaman lain. “Kalau pohon sudah rimbun, kita hanya perlu memangkas rumputnya secara rutin Buat mencegah penyakit,” jelasnya.
Keistimewaan lain dari kakao adalah aksesibilitasnya. Tanaman ini Bisa dipanen oleh siapa saja, termasuk Perempuan. “Enggak perlu tenaga kuat Buat memetik buahnya,” tambah Runtu.
Kakao juga dikenal sebagai tanaman yang produktif sepanjang tahun. Meski di luar musim panen raya hanya menghasilkan satu Tiba dua buah, petani tetap Bisa memanen secara berkelanjutan. “Panen raya memang setahun sekali. Ketika itulah produksi buahnya paling melimpah,” kata Albert Tadusana, petani lainnya, dalam wawancara terpisah.
Proses pascapanen pun terbilang sederhana. Petani hanya perlu menjemur biji kakao selama lima hari Buat mengurangi kadar air.
Kesederhanaan proses ini semakin menguatkan kecintaan petani seperti Runtu dan Albert terhadap komoditas yang telah mengubah kehidupan ekonomi mereka.
Dengan harga kakao yang kini mencapai level tertinggi, semangat petani di Poso Buat merawat kebun mereka semakin membara. “Berkat kenaikan harga ini, kami Bisa memenuhi pelbagai kebutuhan keluarga. Kemarin anak minta sepeda motor, dan karena pas Eksis rezekinya, langsung kami belikan. Anggaran itu murni dari hasil penjualan biji kakao,” ungkap Albert.
Para petani kakao di Poso berharap tren harga positif ini dapat bertahan lelet dan membawa kesejahteraan bagi lebih banyak keluarga.
Meroketnya harga beli biji kakao merupakan Akibat dari lonjakan harga kakao Dunia yang mencapai 380 %.
Fenomena ini dipicu oleh menurunnya produksi kakao Dunia, sementara permintaan industri cokelat Maju meningkat di seluruh dunia.
Krisis iklim disebut-sebut sebagai Elemen Penting di balik kelangkaan pasokan kakao Dunia.
Dampaknya sangat terasa di Pantai Gading, negara Afrika Barat yang selama ini dikenal sebagai penghasil cokelat terbesar dunia.
Sejak 2024, produksi kakao Pantai Gading mengalami penurunan signifikan, mendorong peningkatan permintaan dari negara produsen kakao lainnya, termasuk Indonesia. (S-1)