Pertumbuhan Produksi Beras di Musim Gadu adalah Anomali Positif

Pertumbuhan Produksi Beras di Musim Gadu adalah Anomali Positif
Penduduk adat Kasepuhan Citorek, Lebak, Banten, menjemur padi.(Antara)

Badan Pusat Tetaptik (BPS) memproyeksi produksi beras pada musim panen gadu, yaitu Agustus, September, dan Oktober 2024 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Merespons hal tersebut, Peneliti Senior dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Riyanto buka suara. Ia menyebut kondisi itu sebagai anomali karena biasanya pada Agustus, September, dan Oktober, produksi beras biasanya cenderung menurun.

“Ini boleh disebut anomali karena kalau kita bandingkan dengan data enam tahun terakhir, tren produksi tahun ini untuk bulan Agustus-Oktober, hasilnya sangat baik,” ungkap Riyanto dikutip dari keterangan yang diterima pada Senin (26/8).

Sebagai gambaran, sambung dia, produksi beras yang disampaikan BPS mengalami kenaikan secara berturut-turut yakni pada Agustus mencapai 2,84 juta ton dan September 2,87 juta ton. Kemudian, untuk Oktober, BPS memperkirakan produksi beras akan mencapai 2,59 juta ton.

Cek Artikel:  UMKM Harus Kuatkan Keuangan Digital agar Berdaya Saing

Baca juga : Bapanas Klaim Pompanisasi Berhasil Tingkatkan Produksi Padi

“Bila proyeksi BPS on the track, Letihan Oktober tahun ini merupakan yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. Tentunya kejutan positif bagi kita,” sebut Riyanto.

Ia mengatakan, semua capaian ini memang tak dapat dipungkiri karena upaya pemerintah yang memasifkan program pompanisasi dan pengembalian volume alokasi pupuk bersubsidi.

Sebagaimana diketahui, sepanjang tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyalurkan 62.091 unit pompa air. Percepatan pompanisasi ditargetkan untuk wilayah-wilayah sentra pertanian, seperti Nusa Jawa, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Baca juga : Kementan Masifkan Pengairan melalui Pompa untuk Dongkrak Indeks Pertanaman Padi

“Hasilnya produksi melejit dibandingkan 10 tahun terakhir. Saya kira peningkatan produksi yang terjadi saat ini menjadi berkah yang luar biasa dan sangat baik bagi Indonesia ke depannya,” bebernya.

Cek Artikel:  Penurunan Proyeksi Ekonomi Asia Tenggara Patut Diwaspadai Indonesia

Riyanto menambahkan apabila 63 ribu pompa air ini mampu mengairi seluas 1,1 juta hektare lahan tadah hujan dan kekeringan, produksi beras nasional ke depan akan memiliki surplus. Bahkan bukan mustahil tahun depan Indonesia kembali mencapai swasembada.

“Sekali lagi saya sampaikan pompanisasi ini menjadi harapan bagi lahan-lahan tadah hujan kita yang hanya bisa bertanam sekali setahun, menjadi mampu 2-3 kali setahun karena air cukup. Dengkigasi adalah kunci produksi, begitu pula pupuk bersubsidi yang cukup. Saya senang pemerintah mempunyai kebijakan anggaran yang tepat seperti saat ini,” tutupnya. (Z-11)

Mungkin Anda Menyukai