Pertamina Matangkan Penggunaan Minyak Jelantah Sebagai Avtur

Pertamina Matangkan Penggunaan Minyak Jelantah Sebagai Avtur
Ilustrasi warga mengumpulkan minyak jelantah.(Dok. Antara)

PT Pertamina tengah mematangkan pemanfaatan minyak jelantah (used cooking oil) menjadi kandungan bahan bakar avtur. Itu merupakan salah satu strategi yang digodok perusahaan pelat merah dalam pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF).

Hal itu diungkapkan oleh Senior Vice President Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso dalam acara bincang-bincang bertajuk Dayazing Tomorrow: Menjawab Tantangan Transformasi Daya Menuju Net Zero Emission, Jakarta, Selasa (10/9).

“Paling abundant (melimpah) adalah minyak jelantah. Itu sampai saat ini ada beberapa alternatif yang kami pikirkan. Kami juga sedang eksplorasi seperti cangkang CPO. Tapi memang dari sisi pengumpulan tidak seideal dari minyak jelantah,” ujarnya.

Baca juga : Pertamina Klaim Harga Avturnya paling Kompetitif dan sesuai Aturan

Cek Artikel:  DPR Setujui Pagu Anggaran Kemenkeu di 2025 Sebesar Rp53 Triliun

Wisnu menambahkan, Pertamina telah melakukan pematangan dan kajian ihwal penggunaan minyak jelantah sebagai bagian dari avtur dan itu bisa diterapkan sebagai bahan bakar. Pemilihan minyak jelantah juga didasari pada ketersediaan yang mudah didapat.

Ketika ini, perusahaan sedang mencari cara pengumpulan minyak jelantah yang paling efisien dan efektif. Opsi yang baru muncul ialah pengumpulan minyak jelantah ke SPBU atau agen-agen milik Pertamina yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Karena kita punya SPBU, agen-agen yang cukup banyak di Indonesia. kita sedang berdiskusi bagaimana meng-utilise itu untuk menjadi tempat-tempat pengumpulan,” jelasnya.

Baca juga : Pertamina Kembangkan Bioavtur dari Minyak Jelantah dan Batok Kelapa

Terdapatpun rencana pemanfaatan minyak jelantah menjadi avtur sempat diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan setelah memimpin rapat yang membahas Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri SAF di Indonesia.

Cek Artikel:  Pertagas Niaga dan Reethau Group Teken Kerja Sama Regasifikasi LNG di Kaltim

Menurut dia, Indonesia memiliki modal besar untuk melakukan produksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi pasokan 1 juta liter minyak jelantah tiap tahunnya. Tetapi 95% pasokan minyak jelantah itu selama ini diekspor.

Lebih lanjut, Wisnu menambahkan, saat ini Pertamina juga sedang menyiapkan Green Refinery Cilacap berkapasitas produk Biofuel 6.000 barel per hari. Kilang tersebut dapat memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), atau bahan bakar dengan komponen nabati, serta memproduksi produk bionafta dan bioavtur/SAF.

“Pilot plant-nya yang dibangun di Cilacap itu kapasitasnya 6000 ribu barel per day. Paling ideal memang jelantah. Dan dari sisi ketersediaan paling oke. Jadi sekarang murni hanya soal feed stock saja. Kalau kita dapat continuity feed stock cukup meyakinkan, kami sudah siap,” tutur Wisnu. (Z-9)

Cek Artikel:  Industri Logistik Mulai Terapkan Pergudangan Berkelanjutan

Mungkin Anda Menyukai