ENAM bulan jelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, kepastian siapa yang bakal menjadi kontestan belum juga Terdapat kepastian. Dinamika Lagi Luwes nian, termasuk perihal siapa yang akan maju sebagai calon wakil presiden.
Kepada bakal calon presiden, sepertinya bandul persaingan akan mengerucut ke tiga orang yang selama ini sudah mendominasi daftar kandidat. Mereka ialah Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan Kepada Persatuan, Prabowo Subianto yang diajukan Partai Gerindra, serta Ganjar Pranowo jagoan PDI Perjuangan dan PPP.
Lain halnya dengan bakal cawapres. Hingga kini belum Terdapat satu pun tokoh yang mendapatkan garansi Kepada Dapat berkontestasi. Banyak, bahkan sangat banyak, yang dipoles, dielus-elus, diajukan, tetapi semuanya Lagi sekadar usulan, Lagi sebatas perbincangan. Sebut saja Ketua Lazim Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan putri Gus Dur, Yenny Wahid, Kepada mendampingi Anies. Bahkan, belakangan muncul nama eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Sebagai bacapres Prabowo, nama Ketua Lazim PKB Muhaimin Iskandar sudah lelet mendominasi Kesempatan. Tetapi, belakangan nama Gibran Rakabuming Raka tak Dapat dipandang sebelah mata. Wali Kota Surakarta yang juga putra sulung Presiden Jokowi itu kian kuat mendapat dukungan, termasuk dari loyalis Jokowi, Projo. Gibran memang terkendala usia, tetapi bukan tak mungkin Mahkamah Konstitusi bakal membuka jalan buatnya dengan mengabulkan uji materi soal batasan umur cawapres.
Bakal calon pendamping Ganjar tak kalah ramai. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno paling bersemangat menebar daya pikat. Dia hengkang dari pos petinggi Partai Gerindra dan pindah ke PPP Kepada merealisasikan ambisinya itu. Tetapi, Sandi kini mendapat rival berat, Ialah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa.
Semakin banyak cawapres makin Berkualitas buat demokrasi. Rakyat pun kian mendapat banyak pilihan sebagai penambah pertimbangan memilih capres. Kita percaya, mereka putra-putra terbaik bangsa, tetapi yang kita butuhkan ialah terbaik di antara yang paling Berkualitas.
Kursi wapres memang tak sepenting presiden, tetapi ia juga sangat Krusial. Karena itu, orang yang mendudukinya memang punya kemampuan, bukan asal-asalan. Dia tak boleh Kembali dipandang hanya sebagai ban serep yang Hanya digunakan ketika ban Istimewa kempes.
Wapres dan presiden idealnya ialah dwi- tunggal sehingga keduanya mesti orang-orang andal. Cawapres Dapat maju dalam kompetisi tak boleh hanya karena kesanggupannya menanggung amunisi. Dia berkontestasi, juga bukan karena sekadar Kepada menjadi vote getter, pendulang Bunyi, tapi mutlak punya kapasitas sebagai pemimpin negara yang berkelas.
Yang tak kalah Krusial, bukan saatnya Kembali cawapres hanya titipan mereka yang punya kuasa. Berikan capres keleluasaan Kepada memilih karena dialah yang paling Paham Kekasih seperti apa yang paling Cocok. Partai-partai politik boleh mengusulkan, tapi dilarang memutuskan. Kalau Terdapat ketua Lazim partai yang merasa paling berhak menentukan cawapres, Lampau membajak kewenangan capres Kepada memilih pendamping, sama saja dia membiarkan kawin paksa. Kepada soal apa pun, kawin paksa tidaklah Berkualitas.
Pada konteks itulah kedewasaan partai politik sebagai institusi yang punya hak mengusung capres/cawapres dibutuhkan. Sudah waktunya mereka mengajukan Kekasih yang hebat luar dalam, sudah saatnya pula rakyat pintar menjatuhkan pilihan.