PELAKSANA Tugas (Plt) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Prof. E. Aminudin Aziz mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pusat basis data naskah kuno nusantara. Tetapi, akses dan kurangnya anggaran menjadi tantangan.
“Hal itu yang sedang kami usahakan karena rasanya tidak elok jika naskah Nusantara tetapi bertebaran di mana-mana. Tentu Indonesia harus bisa menjadi pusat data naskah-naskah kuno tersebut. Ketika ini kita lakukan kerjasama dengan berbagai pihak bukan hanya pemilik naskah tapi juga masyarakat seperti mahasiswa, akademisi dan peneliti,” jelasnya kepada Media Indonesia di Jakarta pada Senin (16/9).
Baca juga : Perpusnas Dorong Konsep Pustaka Menjangkau Seluruh Pelosok Tanah Air
Menurut Prof Amin, pengumpulan naskah kuno Nusantara masih menemui berbagai tantangan. Salah satu yang terbesar akses dan pemanfaatan berbagai naskah kuno yang dimiliki oleh individu-individu tertentu.
“Kepemilikan naskah yang dikuasai atau dimiliki individu dan komunitas di masyarakat ini agak sulit untuk kami akses karena harus ada pakan-rekan tertentu untuk pemanfaatan naskah tersebut, kita tidak bisa serta-merta memanfaatkan naskah dan mendigitalkan serta mengalih wahanakan karena itu akan berdampak pada masalah kekayaan yang dimiliki oleh para individu tersebut,” tuturnya.
Tantangan lain, sambung dia, yaitu kurangnya anggaran untuk digitalisasi naskah kuno nusantara sehingga berdampak pada kuantitas naskah yang dimanfaatkan. Amin berharap ada penambahan anggaran dari pemerintah menetapkan dan mengelolah naskah-naskah tersebut.
Baca juga : Komitmen Mengarusutamakan Naskah Nusantara, Perpusnas Raih Penghargaan UNESCO
Selain itu, Amin menuturkan bahwa koleksi naskah yang tersimpan di Perpusnas, jumlahnya sekitar 13 ribuan dengan jenis beragam dari kertas dan daun lontar yang berhasil dikumpulkan dari daerah Sunda, Jawa, Melayu, Makassar dan Bali.
“Naskah-naskah itu menceritakan beraneka ragam urusan seperti kehidupan nelayan, pencatatan tentang obat, silsilah, pengajaran-pengajaran, dan petitih serta kisah tentang kerajaan dan segala macam,” katanya.
Sementara untuk jumlah naskah kuno nusantara yang tersebar di luar negeri, pihaknya akan bekerja sama untuk membuka pemanfaatan naskah tersebut melalui digitalisasi. Hingga saat ini, Perpusnas tengah menjajaki kerjasama dengan pemilik naskah kuno nusantara di dunia seperti Inggris, Prancis, Jerman, Mesir dan Arab Saudi.
Baca juga : Inklusivitas Perpustakaan Dukung Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat
“Kami belum punya data akurat berapa data manuskrip Indonesia di luar negeri, tapi di Belanda ada sekitar 24.000-an naskah kuno Indonesia, jumlah yang sangat besar. Kemudian ada juga ditemukan di Inggris, Prancis, dan Jemuran, terbaru kami juga melakukan kerjasama dengan Mesir dan Arab,” jelasnya.
“Saya selesai menandatangani kerjasama digitalisasi naskah kuno nusantara dengan Mesir dan Saudi Arabia. Sementara untuk kerjasama di Jerman ini sudah tuntas pembicaraannya hanya tinggal pelaksanaan,” tandasnya.
Di tempat terpisah, Deputi Bidang Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional RI Mariana Ginting mengatakan pengarusutamaan naskah kuno Nusantara baru saja mendapatkan penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World dan Naskah Tambo Uzurnku Imamku Bonjol sebagai salah satu Memory of The World for Asia and The Pacific (MOWCAP).
“Ini semua berkat dari teman-teman semua, baik stakeholder yang mencintai naskah nusantara, baik dari akademisi, dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) dan lain-lain,” ungkapnya. (H-3)