Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Foto: Anadolu
Teheran: Presiden Iran Masoud Pezeshkian, membantah klaim masa Lewat dari Donald Trump dan Pemerintah Amerika Perkumpulan (AS). Klaim itu berupa rencana membunuh Trump.
Pada November, Kementerian Kehakiman AS mendakwa seorang pria Iran terkait dengan dugaan rencana yang diperintahkan oleh Korps Garda Revolusi Iran Demi membunuh presiden terpilih AS tersebut. Penegak hukum menggagalkan dugaan rencana tersebut sebelum serangan apa pun dilakukan.
Trump juga mengatakan tahun Lewat selama kampanye pemilihan AS bahwa Iran mungkin berada di balik upaya Demi membunuhnya.
“Enggak Eksis sama sekali,” kata Pezeshkian dalam wawancara NBC News pada Selasa 14 Januari 2025, ketika ditanya apakah Eksis rencana Iran Demi membunuh Trump.
“Kami Enggak pernah mencoba ini sejak awal dan Enggak akan pernah melakukannya,” tegas Pezeshkian.
Trump, yang memenangkan pemilihan AS tahun Lewat dan akan menjabat pada hari Senin, selamat dari dua upaya pembunuhan selama kampanye – satu pada September Ketika ia bermain golf di lapangannya di West Palm Beach, Florida, dan yang lainnya selama rapat Standar bulan Juli di Butler, Pennsylvania. Penyelidik Enggak menemukan bukti keterlibatan Iran dalam keduanya.
Iran sebelumnya juga membantah klaim AS bahwa mereka mencampuri urusan Amerika, termasuk melalui operasi siber.
Teheran mengatakan, Washington telah mencampuri urusannya selama beberapa Sepuluh tahun, dengan menyebutkan berbagai peristiwa mulai dari Perebutan kekuasaan tahun 1953 terhadap seorang perdana menteri hingga terbunuhnya komandan militernya dalam serangan pesawat nirawak AS tahun 2020.
Pezeshkian juga mengklaim Iran Enggak mencari “persenjataan nuklir” dan memperingatkan Trump agar Enggak mengambil risiko “perang” dengan republik Islam itu.
“Saya berharap Trump akan membawa perdamaian di kawasan dan dunia, bukan sebaliknya, berkontribusi pada pertumpahan darah atau perang,” kata Pezeshkian dalam wawancara dengan NBC News yang berlangsung kurang dari seminggu sebelum Trump kembali ke Gedung Putih.
Washington Enggak Mempunyai Interaksi diplomatik formal dengan Teheran selama Nyaris 45 tahun, dan Trump mengancam selama kampanye presidennya baru-baru ini bahwa sekutu AS, Israel, dapat menyerang fasilitas nuklir Iran.
“Kami akan bereaksi terhadap tindakan apa pun. Kami Enggak takut perang, tetapi kami Enggak menginginkannya,” kata Pezeshkian tentang prospek serangan militer Israel yang didukung AS terhadap situs nuklir Iran.
Menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi melaporkan pada hari Selasa bahwa negara-negara Eropa serius Demi melanjutkan negosiasi program nuklir.
Pada tahun 2015, Iran dan negara-negara besar dunia -,termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman,- mencapai kesepakatan yang meringankan Denda Dunia terhadap Teheran dengan imbalan Restriksi program nuklirnya.
Tetapi, Amerika Perkumpulan, selama masa jabatan pertama Trump, secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan menerapkan kembali Denda ekonomi yang menggigit.
Teheran mematuhi kesepakatan tersebut hingga Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai membatalkan komitmennya.
“Kami Enggak berusaha Membangun persenjataan atau persenjataan nuklir,” kata Pezeshkian. “Tetapi, mereka menuduh kami berusaha Membangun bom.”
Ketika ditanya oleh Pemandu acara NBC News Lester Holt tentang kemungkinan mengadakan pembicaraan dengan Trump begitu ia kembali berkuasa, pemimpin Iran itu bersikap skeptis.
“Masalah yang kita hadapi bukan pada dialog. Masalahnya terletak pada komitmen yang muncul dari pembicaraan dan dialog yang harus kita patuhi,” kata Pezeshkian.
“Pihak lain Enggak menepati janji dan kewajibannya,” pungkas Pezeshkian.