PERIMENOPAUSE memberikan banyak pertanyaan, putus asa, bahkan kebingungan terhadap perubahan tubuh. Apabila kamu telah mencapai tahapan ini, apa yang kamu harapkan dan bagaimana kamu menangani gejala ini?
Perempuan pada umur 40 tahunan, kerap kali terbangun tengah malam dalam tidurnya dan sulit kembali tidur. Anda juga mengalami jadwal menstruasi yang tidak menentu, kenaikan berat badan, dan masalah pada kulit. Hal inilah yang disebut dengan tahapan perimenopause.
Perimenopause adalah perjalan panjang menuju tahap menopause yang juga akhir masa reproduksi perempuan. Lampau apa saja gejala dari perimenopause?
Pada artikel Harvard medical school menjelaskan 35 dari 50 dari perempuan menopause menderita rasa panas dan keringat berlebih pada bagian tubuh atas. Tetapi intensitasnya berbeda-beda.
Baca juga : Hiperkolesterol Pandai Perparah Gejala Menopause
Gejala perimenopause
-
Panas: Rasa panas dan keringat yang berlebih pada bagian tubuh atas.
-
Keringat Malam: keringatan akibat hot flashes pada malam hari
-
Menstruasi tidak teratur: ketidak teraturan jadwal mensturasi
Baca juga : Menopause Asal Mulakan Perempuan Lebih Segera Alami Osteoporosis
-
Gangguan Tidur: insomnia atau kesulitan untum tidut atau kembali tidur
-
Payudara sakit
-
Mudah tersinggung, gangguan kecemasan, bahkan depresi
Baca juga : Perempuan yang Haid Lebih Segera Gaduho Menopause Lebih Awal
-
Masalah pada kulit: berjerawat atau kulit kering
-
Kekeringan vagina: kurangnya kelembaban pada kulit vagina
-
Gejala lain: sulit berkonsentrasi atau mudah lupa
Baca juga : Minum Air Jahe Pandai Perparah Hot Flashes pada Perempuan Menopause
Gejala Perimenopause yang tidak disadari
Studi terbaru yang dilakukan Integrated Woman’s Health Programme (IWHP) oleh National University Hispital (NUH) dan Yong Loo Lin School of Medicine at the National University of Singapore, terhadap perempuan berusia 45-69 tahun ditemukan adanya gejala nyeri sendiri.
Studi pertama menemukan sepertiga dari 1.054 perempuan di Singapura, menjelaskan mereka mengalami artralgia. Artralgia ialah nyeri sendi akibat penggunaan berlebihan atau cedera tanpa adanya peradangan hingga ketidaknyamanan pada otot.
Studi kedua melaporkan dari 1.120 perempuan menegaskan artralgia lebih umum dirasakan ketika memasuki masa menopause. Dekat 75% perempuan merasakan nyeri sendi dan otot yang disertai dengan kekeringan vagina atau vaginal dryness.
Bukan hanya Ovarium
Gejala perimenopause dapat mempengaruhi kinerja otak, seperti pengurangan konsentrasi dan ingatan pada perempuan. “Menurut sudut pandang biologis, menopause mempengaruhi bukan hanya sekedar kesuburan. Kinerja otak dan hormone pada perempuan berubah selama perimenopause,” ujar neurologi Amerika Dr Lisa Mosconi.
Dr Mosconi serta direktur dari Alzheimer’s Prevention Program di Weill Cornell Medicine dan NewYork Presbyterian Hospital, mempelajari otak perempuan mengalami perimenopause dan pascamenopause. Ia menemukan otak perempuan yang mengalami menopause mengalami penurunan pada kinerjanya sebesar 30%.
Pada bukunya berjudul “The Menopause Brain” menemukan gejala perimenopause seperti panas dan keringat yang berlebih dialami akibat dari kinerja otak. Penurunan estrogen mengakibatkan hilangnya pelindung utama pada otak perempuan. Kondisi itu membuat perempuan rentan terhadap penurunan kognitif dan penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer.
Dr Susan Logan, konsultan senior di departemen obstetric dan ginekologi NUH yang ikut dalam IWHP, menyatakan masih banyak yang harus dipelajari untuk memahami gejala perimenopause dan menopause pada perempuan Asia dan pengobatannya. Pada 2050, perempuan yang menghadapi perimenopause dan menopause akan menjadi populasi mayoritas dan dibutuhkan penelitian lebih.
Perimenopause atau hal lain?
Banyak gejala menopause yang mudah diketahui, namun masih ada yang sulit diketahui. Menurut Associate Professor Rukshini Puvanendran, salah satu direktur KK Menopause Centre, dan Head of family medicine Secvice pada KK Woman’s dan Children’s Hospital (KKH) perempuan perimenopause berusia antara 47-54 tahun, mengalami hot flashes, perubahan suasana hati, kekeringan vagina, insomnia, nyeri sendi, dan otot.
“Studi ini juga menemukan perempuan perimenopause tidak begitu yakin apakah mereka mengalama gejala berhubungan dengan menopause atau gejala dari penyakit lain” katanya.
Sebanyak 70% perempuan mengalami gejala itu, hanya 5% yang mencari terapi hormon menopause (MHT). Yang menambah kebingungan ini, tidak ada tes perimenopause dan menopause yang spesifik.
“Bagi perempuan di akhir usia 40an dan 50an, tes tidak diperlukan untuk menentukan apakah mereka sedang menjalani transisi ini,” tambah Puvanendran.
Studi ini juga menemukan perempuan merasa kehilangan dan kesepian, dalam menghadapi kewanitaan, penuaan, dan kematian mereka.
Langkah Mengatasi Perimenopause
Loyalp perempuan menunjukan gejala perimenopause berbeda-beda. Tetapi bila gejala itu sudah mengganggu aktivitas keseharian, Rukshini menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter.
Menopausal Hormone Therapy (MHT) atau dikenal sebagai Hormone Replacement Therapty (HRT), dapat digunakan untuk mengatasi hot flashes dan keringat malam.
“Banyak orang menggunakan suplemen seperti black cohosh, ramuan tradisional Amerika Utara yang membantu mengatasi hot flashes, tetapi khasiatnya tidak sebaik MHT,” ujar Rukshini.
Tips mengatasi gejala perimenopause:
- Gunakan pakaian yang menyerap keringat untuk menjaga tubuh agar tetap sejuk. Gunakan kipas atau nyalakan pendingin ruangan untuk mencegah hot flashes.
- Lakukan olahraga selama 30 menit secara teratur untuk mengatur hormon, meningkatkan suasana hati, meningkatkan kualitas tidur, dan meringankan gejala menopause.
- Pola makan yang sehat seperti sayuran, biji-bijian, protein rendah lemak, dan makanan kaya akan kalsium. Hindari makanan yang digoreng dan pedas untuk mengurangi hot flashes.
- Mengatur waktu tidur, kurangi cafein dan buat suasana tidur yang kondusif dengan cara jauhkan perangkat seluler 90 menit sebelum waktu tidur.
- Terbuka dengan keluarga ataupun teman tentang pengalaman anda untuk mendapatkan dukungan emosional.
- Berkonsultasi dengan professional seperti dokter umum atau gynaecologist jika gejala-gejala tersebut mempengaruhi kualitas hidup anda secara signifikan. Anda akan menerima perawatan dan panduan yang dipersonalisasi untuk menghadapu masalah ini.
Menurut Rukshini perimenopause dan selanjutnya menopause bukanlah penyakit, tetapi merupakan fase biologis dalam kehidupan perempuan. “Meskipun menandai berakhirnya fase reproduksi seorang perempuan, ini juga merupakan awal dari tahap lain di mana mereka dapat mengendalikan kehidupan mereka secara emosional, mental, dan fisik.” (CNA/Z-3)