Perempuan Handal di Pedesaan Indonesia Kisah Inspiratif dari Pelosok Indonesia

Perempuan Tangguh di Pedesaan Indonesia: Kisah Inspiratif dari Pelosok Indonesia
Ilustrasi – Kisah perjuangan Perempuan-Perempuan di berbagai Kawasan terpencil di Indonesia. Melalui upaya mereka, Perempuan di komunitas terpencil semakin diberdayakan.(Dok.MI)

BERBICARA tentang Perempuan sebagai agen perubahan, seringkali Membikin kita teringat pada sosok-sosok Perempuan terkenal yang membawa Pengaruh besar di berbagai bidang. 

Tetapi, di balik nama-nama tersebut, Terdapat Perempuan-Perempuan yang melakukan perubahan secara senyap, di jalur sunyi, dan terkadang Tak terlihat. Mereka hadir di arus Dasar, berjuang melewati berbagai tantangan, dari keterbatasan hingga ketidakadilan.

Mari kita kenali mereka dengan menjelajahi Kawasan-Kawasan terpencil dan komunitas adat di pelosok Indonesia, seperti di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Di sana, Perempuan-Perempuan ini secara konsisten memperjuangkan hak-hak mereka, mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga komunitas mereka.

Baca juga : Peran Strategis Perempuan Desa dalam Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian SDGs

Mereka memulai perubahan dengan mengubah Langkah pandang dan pola pikir yang telah Lamban dianut masyarakat, menantang Kebiasaan-Kebiasaan yang menekan Perempuan agar tetap pasif. Mereka mulai berpikir kritis, mempertanyakan, menggugat, dan memperjuangkan hak-hak asasi mereka. Perubahan ini tak hanya Buat diri mereka sendiri, tapi juga Buat komunitasnya, dengan mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan memperjuangkan kebijakan publik yang adil.

Ririn Hayudiani: Berjuang Tanpa Batas

Di Selong, Lombok Timur, Ririn Hayudiani telah mengabdikan dirinya selama 19 tahun menjelajahi desa-desa di kaki gunung Rinjani dan pesisir Lombok Utara. Dia percaya pengorganisasian dan pendidikan kritis dapat memperkuat kepemimpinan Perempuan dan membantu mereka keluar dari belenggu patriarki. Tak hanya bekerja di lingkup desa, Ririn juga menjadi rujukan pemerintah daerah dalam mengembangkan kebijakan yang responsif gender.

Cek Artikel:  Riset Buktikan Probiotik Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Anak

Di lembaga tempatnya bekerja, LPSDM (Lembaga Sumber Daya Kawan), Ririn mempromosikan nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan kesetaraan gender. Meskipun tantangan berat dan teror mental sering ia hadapi, Ririn tak gentar Buat melawan Kebiasaan-Kebiasaan patriarkis, fanatisme, dan diskriminasi. Ia Maju mengorganisir Perempuan Buat melawan segala bentuk penindasan.

Baca juga : Hari Perempuan Pedesaan Dunia: Memahami Perbedaan dan Tantangan Perempuan Desa dan Kota

Indotang: Penyintas Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Indotang, seorang pedagang keliling dari pulau terpencil di Sulawesi Selatan, memutuskan Buat melawan KDRT dan masalah sosial lainnya, termasuk sunat Perempuan. Meski hidup dalam kemiskinan dan hanya berpendidikan dasar, ia gigih menyuarakan hak-hak Perempuan. Pengalaman KDRT yang ia alami menjadi kekuatannya Buat memberdayakan Perempuan lain agar hidup bebas dari kekerasan. Ia juga berani menentang praktik sunat Perempuan yang dianggap sebagai perintah Keyakinan di komunitasnya.

Indotang tak hanya Acuh pada kekerasan terhadap Perempuan, tetapi juga memperjuangkan hak-hak masyarakat miskin. Ia membantu masyarakat mengakses program-program Donasi sosial dan terlibat dalam pengambilan keputusan di desa. Meski kerap dituduh sesat, Indotang tetap Kokoh dalam menyuarakan kesetaraan gender dan melawan praktik-praktik yang merugikan Perempuan.

Cek Artikel:  3 Tips Praktis Mempersiapkan Toilet Training Kepada Meningkatkan Kemandirian Anak

Theresia Dhey: Mengangkat Bunyi Perempuan di Desa Noelbaki

Di Desa Noelbaki, Kupang, NTT, Mama Theresia Dhey memimpin Sekolah Perempuan Imej Kasih. Di usia 51 tahun, ia telah berhasil mendorong lahirnya Peraturan Desa yang memastikan partisipasi Perempuan dalam perencanaan dan Penyelenggaraan program pembangunan desa. 

Baca juga : Memperingati Hari Perempuan Pedesaan Dunia: Mengakui Peran dan Tantangan Perempuan Pedesaan

Ini merupakan pencapaian besar di Kawasan yang sebelumnya hanya mengakui Lelaki sebagai pengambil keputusan. Theresia juga menginisiasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tertentu Perempuan, membuka jalan bagi pemenuhan hak-hak Perempuan di desanya.

Musriyah: Pemimpin Tanggap Bencana dari Bantaran Ciliwung

Musriyah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta, tak pernah tamat sekolah dasar, tetapi ia berhasil menjadi ketua Sekolah Perempuan di komunitas miskin kota Jakarta. Selama 15 tahun, Musriyah mengelola Posko Perempuan Tanggap Bencana, di mana ia menerapkan transparansi dan akuntabilitas. Meski juga menjadi korban banjir, Musriyah tetap berada di garis depan, membantu Kaum yang terkena Pengaruh, terutama lansia, balita, ibu hamil, dan Perempuan.

Cek Artikel:  Produk Skincare Infused Hadirkan Variasi Manfaat dalam Perawatan Kulit

Keberanian dan kepemimpinannya menjadi inspirasi bagi Perempuan-Perempuan di sekitarnya Buat lebih berani dan kritis. Ia juga gigih melawan diskriminasi terhadap Perempuan dan minoritas, sembari tetap turun langsung menangani masalah-masalah komunitas, termasuk KDRT dan hak-hak pekerja rumah tangga.

Baca juga : Diet Mediterania Diyakini Dapat Memperpanjang Usia Perempuan, Terbukti lewat Studi 25 Tahun

Suharni: Membongkar Sekat Perbedaan

Suharni, seorang pemeluk Keyakinan Buddha, memimpin Sekolah Perempuan di desa Sokong, Lombok Utara, NTB, di tengah komunitas yang mayoritas Muslim. Keberanian Suharni sebagai minoritas yang memimpin mayoritas adalah hal yang langka, terutama di tengah masyarakat yang sarat dengan isu Keyakinan dan identitas. Suharni berpendirian bahwa Sekalian perbedaan harus dihormati, dan ia menerapkan prinsip ini dalam keluarga dan komunitasnya.

Sebelumnya dikenal sebagai sosok yang pendiam dan kurang percaya diri, Suharni mengalami transformasi melalui Sekolah Perempuan. Ia mulai mengadvokasi hak-hak Kaum miskin, terutama Buat mendapatkan jaminan kesehatan. 

Meski mendapat tantangan berat, termasuk tuduhan menyebarkan ajaran sesat, Suharni Maju berjuang dan berhasil membantu ratusan Kaum miskin mendapatkan jaminan kesehatan gratis.

Setiap Perempuan ini, dengan Langkah mereka masing-masing, telah membuktikan bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari langkah-langkah kecil di komunitas dan keluarga mereka sendiri. (DW/Z-3)

Mungkin Anda Menyukai