PEMERINTAH akan mempercepat pencapaian program nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) pada tahun 2050 lewat pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS), yang selama ini dianggap sebagai limbah, sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, pihaknya telah menginisasi inovasi pengelolaan biomassa sawit yakni dengan mengembangkan teknologi fraksionasi tandan kosong yang menjadi aneka prekursor bahan kimia terbarukan, seperti glukosa, xylosa, dan lignin.
“Dengan teknologi enzymatic, tandan kosong yang semula adalah limbah dan dapat menjadi tempat tumbuhnya hama penyakit kelapa sawit, dapat diolah menjadi produk industri biokimia untuk substitusi impor, termasuk untuk produksi bioetanol, asam-asam organik, dan bahan kimia bernilai tambah lainnya,” katanya di Jakarta, Rabu (11/9).
Dalam industri kimia, prekursor adalah bahan baku dasar untuk menghasilkan produk kimia berbasis nabati. Ciptaan menghasilkan prekusor itu sekaligus menjadi kunci hilirisasi industri.
Ketika ini, Kemenperin telah membuat Pilot Plant Fraksionasi TKKS berkapasitas 1 ton biomassa per hari untuk mendukung pertumbuhan industri bioetanol, industri asam organik, dan prekursor bioplastik atau biopolimer bernilai tambah tinggi.
“Dengan mengolah biomassa sawit menjadi bahan baku yang berguna, selain menciptakan nilai tambah bagi industri kelapa sawit, kita juga mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Ciptaan ini sejalan dengan komitmen kita untuk menuju kebijakan industri yang berkelanjutan dan pro-lingkungan,” kata dia. (Ant/E-2)