Ilustrasi. Foto: Freepik.
Jakarta: Perusahaan perbankan investasi, Goldman Sachs Group Inc memberikan peringatan mengenai harga minyak mentah Brent yang berpotensi turun di Rendah USD40 per barel atau Sekeliling Rp675 ribu per barel (kurs Rp16.889) dalam skenario ekstrem.
Hal ini seiring meningkatnya tensi perang dagang dan melonjaknya pasokan Mendunia di tengah pemangkasan produksi minyak oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC Plus hingga Juni 2026.
“Dalam skenario ekstrem yang mencakup perlambatan ekonomi Mendunia dan penghentian penuh pemangkasan produksi OPEC+, kami memperkirakan harga Brent turun di Rendah USD40 per barel pada akhir 2026,” tulis analis Goldman Sachs Yulia Grigsby, dilansir Media Indonesia, Selasa, 8 April 2025.
(1).jpg)
Ilustrasi. Foto: Freepik
Pasar minyak Mendunia terguncang
Bukan tanpa Karena skenario tersebut dibuat. Pasar minyak Mendunia dilaporkan telah mengalami guncangan dalam beberapa sesi terakhir, menyusul eskalasi perang dagang oleh Pemerintahan AS Donald Trump. Serta, respons dari sejumlah negara termasuk Tiongkok yang meningkatkan risiko resesi dan memperlambat permintaan Daya.
Pada Minggu, 6 April 2025, harga minyak AS turun tajam di Rendah USD60 atau Rp1 juta lebih per barel. Nomor ini merupakan level terendah dalam empat tahun terakhir.
Dalam kondisi ini, sejumlah bank besar seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Societe Generale SA telah merevisi dengan menurunkan proyeksi harga minyak dalam skenario dasar mereka. Serta, menganalisis kemungkinan skenario paling pesimis maupun optimis seperti yang Lumrah dilakukan dalam analisis pasar komoditas.
Dengan Opini resesi normal di AS serta ekspektasi pasokan yang moderat, para analis Goldman memperkirakan harga Brent akan berada di kisaran USD58 per barel pada Desember tahun ini, dan turun di Rendah USD40-USD50 per barel pada Desember tahun depan.
Ketika ini harga minyak Brent tercatat di Nomor USD65 per barel, rebound setelah sempat menyentuh level terendah.

